LXV

1.9K 59 21
                                    

"Kaia, kamu baik-baik aja? Anak papa nggak sedang kesurupan kan?" terdengar suara Kalandra dari luar kamar Kaia sambil mengetuk-ngetuk pintu yang terkunci dari dalam. Dari tadi memang Kaia berisik. Menendang-nendang dinding kamar sambil menjerit-jerit. Wajar jika Kalandra khawatir pada putrinya.

"Nggak papa, Pa! Kaia baik-baik aja! Nggak kesurupan juga!" teriak Kaia tanpa beranjak dari ranjangnya.

"Yang benar? Kalo kesurupan, Papa panggilin hansip sekarang."

"Kok hansip? Emang Kaia nyolong?"

"Oh, kamu beneran nggak kesurupan ternyata." Terdengar tawa Kalandra di luar sana yang telah berhasil mengetes kesadaran anaknya.

Di dalam kamar, Kaia hanya menggigit bantalnya gemas karena ulah papanya yang jayus. Tidak, tidak. Kaia tidak gila seperti itu. Kaia hanya sedang merutuki ulahnya ketika ia sedang mabuk malam itu. Akhirnya, di perjalanan pulang tadi Asta menceritakan semuanya yang terjadi. Mulai dari sikap genit dan manja Kaia yang kata Asta begitu menggoda iman sampai insiden muntah dan mengotori baju Asta. Awalnya Kaia tidak percaya dan menduga itu hanya karangan Asta saja. Tetapi ketika pada akhirnya ingat, Kaia tak bisa berkata apa-apa lagi. Malu? BANGET!

Ponsel yang tiba-tiba bergetar di sampingnya, membuat perhatian Kaia teralihkan. Tetapi hanya satu detik karena selanjutnya ia melihat nama ALASTAIR terpampang di layar ponselnya, sedang melakukan panggilan.

Damn!

Kaia melempar ponselnya ke ranjang. Membiarkan ponselnya terus berdering sambil gigit jari. Sampai kemudian ponsel itu berhenti bergetar. Tetapi hanya sesaat, karena ponsel itu bergetar kembali dengan getaran yang lebih singkat. Dengan kakinya, Kaia kembali mengambil ponselnya.

Masih dari nama yang sama. Hanya saja kali ini dalam bentuk chat yang sialnya langsung Kaia buka aplikasi chat itu sehingga Asta pasti tau kalau chat darinya sudah terbaca.

Alastair : Angkat

Kaia melotot. Bisa-bisanya Asta mengirim pesan yang isinya seperti itu. Ah, tetapi ini kan Asta. Jadi ya wajar saja. Tetapi sungguh, kali ini Kaia tidak bisa menuruti perintah Asta. Karena apalagi kalau bukan terlalu malu? Kaia tidak yakin dirinya sanggup berbicara meski lewat telepon jika orang itu adalah Asta. Orang yang sudah membuat Kaia dikira orang gila oleh papanya sendiri.

"Apa gue block aja nomer Asta ya?" Kaia menggigit bibir bawahnya gemas ketika ide gila itu muncul di kepalanya.

Terdengar bunyi chat masuk lagi. Kaia refleks membukanya dan segera menyesali tindakannya itu.

Alastair : Ga usah pura-pura tidur

"Aiiissssh!!!" Kaia mendesis bingung sambil garuk-garuk kepala sambil berusaha merangkai kalimat alasan yang tepat untuk Asta. Tak lama akhirnya ketemu juga kalimat yang akan Kaia ketik untuk membalas Asta.

Kaia : Apa?

Tak lama, chat Asta datang lagi,

Alastair : Gue pengen ngomong sesuatu

Ponsel di tangannya kembali berdering karena panggilan dari Asta. Terlebih dulu Kaia dekatkan benda itu ke dadanya yang mendadak naik turun karena gugup sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan itu, "Ha—"

Satu kalimat yang kemudian terdengar dari telepon, membuat perasaan Kaia melambung setinggi-tingginya.

"Gue kangen."

*

Pagi ini, Asta kembali muncul di rumah Kaia untuk menjemputnya berangkat ke sekolah bersama. Karena ini masih pagi, Asta kembali berkesempatan bertemu dengan Kalandra yang juga sedang bersiap berangkat kerja.

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang