SEASON 2 || 51. Pecah

1.4K 301 6
                                    

|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIES

Bersamaan dengan hari kematian Min Yoongi, keadaan di tempat persembunyian Rose beserta yang lain masih sama seperti sebelumnya. Tenang bercampur waspada.

Yang bisa mereka lakukan hanyalah berlatih dan menyiapkan berbagai strategi, sebab mereka hanya akan bergerak setelah kepulangan Jennie bersama Jisoo.

Saat ini Rose sedang berlatih bersama prajurit lainnya. Ia melatih kemampuan pedangnya lalu ia sesuaikan dengan ilmu bela diri anggar yang ia kuasai. Hal tersebut menciptakan gerakan baru yang terlihat indah di mata orang-orang yang melihatnya.

Rasanya bebas sangat menyenangkan. Tiga tahun waktu yang aku habiskan di penjara sangat membuatku stress. Seharusnya dulu aku menolak saja rencana Jennie yang mengorbankan diriku sendiri, hikss.

Lisa juga, orang yang aku anggap saudara tega sekali mengkhianati kami. Hm, omong-omong bagaimana bisa Jennie melihat keadaan sampai sejauh itu? Apa gadis itu cenayang? Aku harus menanyakannya nanti.

Apa kabar dengan Jisoo, ya? Apa Jennie berhasil menemukannya? Hufftt ... sampai kapan aku terus di sini?

Batin Rose penuh keluh kesahnya beberapa tahun ini. Saking terfokusnya pada suara hati, Rose sampai tidak sadar bila di belakangnya ada sebuah batu yang siap membuatnya terjatuh. Dan--

'Srett!'

Tangan kekar seorang lelaki melingkar tepat waktu di pinggang Rose untuk mencegah tubuh gadis itu jatuh ke tanah.

Saat Rose tersadar dari lamunannya, tatapannya langsung bertatapan dengan mata Chan. Mata teduh yang entah perasaannya saja atau bukan, terlihat ragu.

"Em, oh, terimakasih. Aku melamun tadi," ujar Rose sambil menjauhkan dirinya dari Chan.

Melihat Chan tidak berminat menjawab, Rose pun memilih untuk berbalik pergi. Sebelumnya ia lebih dulu meletakkan pedang di tempat pedang.

Rose melirik sebentar ke tempat Chan sebelum benar-benar pergi dari sana. Ia merasa aneh pada lelaki itu, terlihat seperti bukan Chan yang biasanya.

Rose melangkah menuju kamarnya. Setelah ia sampai di dalam, dirinya langsung mendudukkan diri di atas tempat tidur. Lalu mengambil sebuah kotak yang ia letakkan di atas meja.

Kotak itu berisi sebuah kalung shappire yang menjadi penyebab kedatangannya ke zaman ini. Keretakan kalung itu semakin besar dari hari ke hari, ia tidak tahu apa alasannya, padahal ia yakin kalung itu tidak pernah jatuh atau bertubrukan dengan benda keras sebelumnya.

"Sebenarnya apa hubungannya dengan semua ini? Bila kau yang menarikku datang ke mari tepat ketika bulan sabit dan tepat di mana bulan sabit adalah saksi kematian empat bangsawan terdahulu, lalu kenapa kau retak? Lalu kalau kau sampai pecah, apa yang akan terjadi?" Rose berbicara dengan kalung itu, meski ia tahu ia tidak akan pernah menerima jawaban.

Ditataplah kalung itu cukup lama sebelum ia letakkan lagi ke dalam kotak. Tepat saat Rose akan menutup kotak tersebut, tanpa ia duga kalung berliontin shappire miliknya pecah tanpa menimbulkan sisa.

"HAHH?!"

Refleks Rose berteriak kencang. Apa maksudnya ini? Baru saja ia berbicara tentang pecah, masa tidak lama kemudian benar-benar pecah.

'Brak!'

"Rose ada apa?"

"Kau kenapa? Apa terjadi sesuatu yang membuatmu terluka?"

Pertanyaan bertubi dari dua lelaki berbeda mengalihkan fokus Rose dari kotak kalung yang sudah kosong.

Rose menerjapkan mata bingung, ah! Ia baru ingat dirinya tadi berteriak kencang. Pantas saja Chan dan Sehun bergegas menemuinya.

Cengiran terbit di bibirnya, "Aku tidak apa-apa kok. Aku tadi hampir menjatuhkan kotak ini, tapi tidak jadi jatuh. Kalian tidak perlu khawatir."

Helaan nafas lega dikeluarkan Chan dan Sehun.

"Syukurlah, aku pikir kau kenapa-napa," ungkap Sehun khawatir.

"Yasudah, aku kembali ke depan, ya. Kalau ada apa-apa langsung panggil oppa," pesannya pada Rose. Rose mengangguk mengerti.

Alhasil tersisalah dirinya dan Chan di dalam kamar itu.

Chat senantiasa menatapnya dingin, namun tersirat kekhawatiran di sana. Perlahan lelaki itu mendekati Rose, lalu memeluknya erat seakan Rose akan menghilang.

"E-eh, Chan?"

"Aku mencintaimu. Gadis yang saat ini aku peluk. Tak peduli siapa pun dirimu, yang kutahu aku mencintaimu," ucap Chan halus.

Rose membulatkan mata. Selain pernyataan cinta dari lelaki itu, Rose lebih terkejut atas kalimat terakhir yang ia lontarkan. Mungkinkah Chan mendengar percakapannya dengan Sehun dan memercayainya?

Karena terlalu pusing memikirkan itu semua, Rose hanya diam saja hingga kepergian Chan dari dalam kamarnya.

ARRGGHH! JENNIEEEE! AKU BUTUH BERDISKUSI DENGANMU. AKU BUTUH KEMAMPUAN CENAYANGMU! Batin Rose berteriak.

"Eh?"

Perhatian Rose kembali tertuju pada kotak kosong di tangannya.

"Aku tidak mati ...?"

"Lalu apa alasan kalungnya pecah?"

"Haha, aku pikir aku akan gila sebentar lagi. Hahaha ... gilaaaaaa! Huwaa!"

Berakhirlah Rose membungkus dirinya dengan selimut di atas tempat tidurnya. Ia butuh hibernasi. Ia harap setelah ia bangun pemandangan kamarnya di masa depan terlihat. Semoga semuanya benar-benar mimpi belaka.






••••
1220

Haloha I'm backk >o<

Pendapat tentang part ini?

See you in next chapter~

callmeRIES

The Queen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang