|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIES"Izinkan saya di sini untuk merawatnya setiap hari, Pangeran." Jennie menatap NingNing dan Seokjin dengan sangat serius. Meski nampak berkaca-kaca, tetap saja tersimpan tekad yang kuat di sana.
Kedua orang yang ia mintai izin itu cukup terkejut mendengar apa yang Jennie katakan. Yang mereka ketahui baru sekali ini Jennie bertemu dengan Jisoo, tapi reaksinya pada Jisoo seolah mengatakan bila mereka sudah kenal dekat sejak lama.
"Kau mengenalnya?" tanya Seokjin pada akhirnya.
Jennie tertegun sejenak. Helaan nafas panjang ia keluarkan sebagai penenang pikirannya untuk membuat keputusan. Haruskan ia mengaku atau haruskah ia menutup mulut. Sepertinya aku--
Tangan kirinya perlahan terangkat menyentuh cadar yang dipakainya. Kemudian perlahan melepasnya dan menatap Seokjin dengan penuh makna. Iya, keputusannya adalah mengaku. Jennie pikir NingNing dan Seokjin bisa dipercaya. Terlebih lagi keberadaannya di sini bukan untuk membuat perkara.
"Bangsawan Ruby?" kejut Seokjin.
NingNing hanya mampu menatap bingung sikap dan ucapan Seokjin setelah melihat wajah dari Jennie.
"Ada apa pange--"
"Bagaimana bisa kau di sini? Kenapa kau di sini?" tanya Seokjin beruntun. Namun, ekspresi terkejutnya seketika berubah menjadi raut penuh penyesalan. "M-maafkan aku, maafkan aku. Karena aku Jisoo ...."
Jennie diam saja, ia tidak memperlihatkan minat untuk membalas kata-kata Seokjin. Gadis itu justru memilih menoleh kembali pada Jisoo.
Tangannya terangkat untuk mengecek deru nafas Jisoo dan denyut nadinya. Sangat lemah.
"Kau apakan dia? Kau meminta maaf, artinya kau melakukan sesuatu padanya," tanya Jennie datar.
Seokjin menunduk dalam-dalam. "A-aku menusuk jantungnya dalam perang tiga tahun lalu," jelasnya penuh penyesalan.
Jennie membulatkan mata. Segera ia buka secara hati-hati baju Jisoo untuk melihat luka di bagian jantung. Saat terlihat, ia semakin membulatkan mata melihat betapa buruk tabib di istana ini merawat Jisoo.
Bagaimana bisa luka 3 tahun lamanya tetap menghitam? Bahkan, jahitannya tidak rapi sama sekali.
"Ck, kau itu ingin menyelamatkannya atau ingin membuatnya tak bernyawa!?" murka Jennie. Auranya sekarang terpancar sangat dingin yang mampu membuat NingNing atau pun Seokjin meremang.
"Jen--"
"Panggil tabib sekarang. Suruh dia membawa seluruh obat dan peralatan pengobatannya ke sini. Cepat!" lirikan tajam setajam silet, Jennie berikan ke arah Seokjin.
Lelaki itu pun tanpa bertanya lagi langsung melakukan apa yang diminta Jennie. Sedangkan NingNing hanya mampu diam kali ini, ia tidak tahu harus melakukan apa.
"Bisakah aku meminta tolong padamu untuk membawakan air dan kain bersih?" tanya Jennie pada NingNing sambil fokus memberikan ruang pada luka Jisoo agar tidak terperangkap.
"Tentu saja."
Setelah itu tersisalah Jennie dan Jisoo di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[Only on Wattpad! Dan sudah dibukukan.] Berbekal otak jenius dan kemampuan bela diri, empat gadis cantik yang tidak saling kenal dipertemukan di 'masa' yang berbeda. Menyeberangi dimensi ke abad-16, tempat di mana orang terhebatlah yang paling dihor...