25. Tanda

3.2K 513 36
                                    

|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIES

Di tengah malam yang gelap seorang gadis berponi berjalan sendirian tanpa teman-temannya. Bola matanya mengawasi sekitar yang terlihat lenggang. Minimnya cahaya dan kondisi kesendiriannya tidak membuat dia takut. Justru baginya hal tersebut sangat menantang.

Bukan tanpa sebab seorang Lisa mau keluar rumah sendirian. Karena kali ini dia memiliki alasan yang sangat kuat.

Sesekali dia melirik ke arah selembar kertas ditangannya. Memanfaatkan penerangan dari bulan agar dia bisa membaca tulisan di sana.

Perlahan dan hati-hati, itu yang bisa Lisa lakukan sekarang. Kedua kakinya terus berjalan memecah jalanan gelap demi sampai ke salah satu tempat yang di abad ini disebut "Rumah Hitam". Rumah yang di dalamnya terdapat aktivitas kotor para pejabat tinggi kekaisaran dengan para wanita sebagai cara menghabiskan uangnya.

Untungnya malam ini pakaian Lisa terlihat mewah, hanbook dengan kualitas kain terbaik dia pakai agar bisa masuk ke dalam. Karena Rumah Hitam hanya menyambut orang kaya. Tidak punya uang? Tanpa banyak bicara kamu akan langsung diusir.

Sesampainya di dalam yang mampu Lisa lihat hanya aktivitas memuakkan yang membuatnya ingin muntah. Kembali dia membaca selembaran di tangannya.

Lantai 2 atas nama M.

Segeralah Lisa menuju ke lantai dua. Menyebutkan nama sesuai di kertas pada penjaga supaya diizinkan masuk. Hal itu dilakukan sebab lantai 2 adalah tempatnya para VIP.

"Ruang dua belas, silahkan."

Lisa hanya mengangguk, kemudian mengikuti penjaga.

Sesampainya di depan pintu, gadis itu ditinggalkan. Sekali lagi Lisa membaca kata demi kata di kertas.

Rumah Hitam, lantai 2 atas nama M.

"Haruskah aku masuk?"

Masuklah!

Dengan tangan bergetar perlahan Lisa membuka pintu kayu zaman dulu, mendorong pelan sampai terlihat seseorang berdiri tak jauh darinya menyambut kehadirannya.

"Selamat datang sesama pengkhianat," ucapnya.

"TIDAAAAAK!"

Lisa terbangun dari tidurnya. Nafasnya memburu, keringat membasahi dahinya, juga tubuhnya bergetar ketakutan.

Mimpi aneh itu terasa sangat nyata, dia seperti benar-benar mengalami kejadian dalam mimpi. Tidak sengaja pandangnya jatuh pada gelang crystal ungu di pergelangan tangan kirinya. Entah penglihatannya bermasalah atau tidak, gelang itu mengeluarkan sedikit cahaya, ketika melihat semakin dekat ada retakan pada benda tersebut.

Q u e e n

Keesokan harinya.

"Kalian lihat cincinku!" minta Jennie pada ketiga temannya.

Saat ini Jisoo, Jennie, Rose, dan Lisa berada di ruang makan rumah mereka. Tidak seperti kemarin yang pagi-pagi sekali sudah keluar rumah untuk menjalankan sesuatu. Sekarang waktu free untuk empat gadis itu.

"Ada apa dengan cincinmu?" tanya Jisoo.

"Retak."

"Bagaimana bisa?" kaget Rose.

Jennie menggelengkan kepala, "Tidak tahu, aku merasa tidak pernah menjatuhkannya atau memukulkannya ke benda keras. Aku saja baru menyadarinya tadi pagi saat memakainya setelah mandi."

The Queen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang