|Vote dan comment dipersilakan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIESKacamata hitam yang terbingkai diwajahnya menambah kesan keren yang terpancar pada dirinya. Poni yang menjadi ciri khasnya tentu langsung diketahui semua orang jika dia, Lalisa Manoban.
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, yang berarti gadis itu terlambat. Tetapi, tetap dengan santainya dia berjalan menuju kelas.
Kriett!!
"Pagi, Mr.Hwang." Sapa Lisa pada dosennya.
Mr.Hwang menghela nafas. Mau bertanya pun jawaban sama selalu terulang dari mulut Lisa 'aku harus mengurus club danceku sebentar, beberapa hari lagi ada perlombaan'.
"Alasan yang sama lagi, Miss.Manoban?"
"Maaf Mr, tapi kau tau sendiri keadaannya." Lisa menjawab seraya melepas kacamatanya kemudian tersenyum manis ke arah Mr.Hwang.
Setelah membungkuk sedikit gadis itu berjalan menuju salah satu kursi kosong. Pembahasan pun dimulai, Lisa serius mendengarkannya. Meskipun dia sering terlambat di mata kuliah ini, Lisa adalah salah satu mahasiswa berprestasi di jurusannya -bisnis-, jadi dia pun harus mempertahankannya.
Pembelajaran telah berakhir beberapa menit lalu setelah dua jam. Gadis berponi itu duduk di salah satu bangku kantin. Rencananya setelah ini dia akan pulang. Moodnya untuk ke ruang dance tiba-tiba buruk saat mengingat percakapan di grup chat tadi. Ingin sekali dia berteriak di depan salah satu anggota pelupa itu, jika tanpa dirinya club dance tidak akan pernah ada di kampus!
Bukannya sombong. Hey! Itu kenyataan. Jangan mengeluh saat tertampar kenyataan.
Bahkan, kemampuannya dibanding Lisa sangat berbeda jauh. Gerakan pas-pasan sepertinya tidak akan sebanding dengan gerakan pro Lalisa Manoban. Lagipula kan dia ketuanya, tapi kenapa perempuan itu berlagak sebagai ketua? Haissh...dia benar-benar kesal. Sekarang wajah cerianya tidak tampak lagi.
Segera dirinya beranjak untuk pulang.
Q u e e n
Lisa mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Kebetulan jalanan sepi, jadi menurutnya dia bebas mengatur kecepatannya.
Keadaan baik-baik saja sebelum Lisa melihat seseorang menyeberang dengan tiba-tiba tanpa melihat kanan kiri.
CKITT!!
Lisa mengerem mendadak hingga kepalanya terbentur setir mobil. Dengan kening berkedut Lisa segera turun dari mobil. Dia takut menabrak orang itu, meski kejadiannya tanpa disengaja.
Benar saja ada seorang nenek terduduk di jalan tepat di depan mobilnya.
"Nenek tidak apa-apa?" Tanya Lisa khawatir. Dia pun membantu nenek itu untuk bangun.
"Tidak apa-apa anak muda, salah nenek juga menyeberang tidak melihat kanan-kiri." Jawab si nenek lembut.
"Maaf ya nek." Lisa merasa bersalah.
"Bisa nenek meminta tolong?"
Lisa mengangguk tanpa ragu. Nenek di depannya meraih tangan Lisa. Memasangkan sebuah gelang crystal berwarna ungu bening ke pergelangan tangan kirinya.
Eh?
Lisa memandangi terus gelang itu, hingga tidak sadar jika dia melamun.
TIN! TIN!
Lisa menerjapkan mata, di belakang mobilnya ada antrian beberapa pengendara yang tidak bisa lewat. Kepala gadis itu menoleh ke depan, ke tempat nenek tadi berdiri. Tidak ada. Lisa menyapukan pandangannya, kemana nenek itu? Cepat sekali perginya.
TIN! TIN!
Sedikit berlari Lisa memasuki mobilnya, dengan cepat menjalankannya sebelum diamuk pengendara lain jika terlalu lama.
Q u e e n
"Lisa ke atas dulu."
Orang tuanya mengangguk. Bergegaslah Lisa pergi ke kamarnya di lantai dua. Jemarinya yang lain tanpa sadar menggenggam pergelangan tangan kirinya, merasakan sesuatu yang melingkar. Gelang crystal.
Duduklah Lisa di kursi meja belajarnya. Mengamati dengan seksama gelang tersebut. Sederhana, tapi indah. Mengapa nenek tadi memberinya gelang crystal? Bukankah lebih baik jika di simpan nenek itu sendiri?
BRAKK!
Kepalanya menoleh ke balkon, suara benda jatuh terdengar dari arah bawah balkon kamarnya. Dengan cepat Lisa mendekat. Tidak ada apapun, entah itu di bawah, samping kanan atau kiri.
Mengangkat bahu dia memutuskan untuk kembali masuk. Saat selangkah lagi kakinya masuk ke kamar, tubuhnya tiba-tiba kaku. Cahaya terang dan semakin terang bulan sabit menyorot tepat di atas kepalanya. Dia tidak tahu apa yang terjadi dan bagaimana bisa. Gelangnya bersinar membutakan, hingga akhirnya Lisa menutup mata tidak sadarkan diri.
Q u e e n
Sebuah tangan melindunginya dari sinar matahari yang sekarang di posisi tertinggi. Kedua bola mata yang dihiasi bulu mata lentik perlahan terbuka.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Suara seorang lelaki menyadarkannya jika dia tidak sendirian. Sangat cepat tubuh itu terduduk di hamparan rumput hijau. Menatap tajam ke sisi kanan tempat pemuda itu duduk.
"Hey! Kau kenapa? Jangan menatapku seperti itu." Geli laki-laki di depannya.
Lisa bergidik ngeri, dia pun beranjak seraya memperhatikan sekitar.
"Dimana ini?" Paniknya. Ketajamannya telah berubah dengan ekspresi panik.
Dimana tempat tidurnya? Dimana meja belajarnya? Dimana lemarinya? Dimana sound nya?
"Ada apa denganmu? Kau yang sengaja menemuiku di kediamanku. Lupa?" Penjelasannya menarik perhatian Lisa.
Gadis itu menoleh kembali, "Pakaianmu? Pakaianku? Huaaa!!!! Dimana aku?!"
Histeris Lisa saat menyadari semua berbeda. Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana?
••••
1119Selesai sudah part masing-masing member.
Stay terus yang guiss...
Pendapat?
Don't copy my story!
Terimakasih, see you
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen (SUDAH TERBIT)
Fiksi Penggemar[Only on Wattpad! Dan sudah dibukukan.] Berbekal otak jenius dan kemampuan bela diri, empat gadis cantik yang tidak saling kenal dipertemukan di 'masa' yang berbeda. Menyeberangi dimensi ke abad-16, tempat di mana orang terhebatlah yang paling dihor...