|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIESRose, Lisa, Seokjin, dan Yoongi telah menginjakkan kaki mereka di istana kekaisaran. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah para pelayan yang berlalu lalang menyiapkan sesuatu yang mereka tidak ketahui apa itu.
Kehadiran keempatnya sama sekali tidak dipedulikan. Semuanya tetap fokus ke hal yang sedang dikerjakan.
Rose dan Lisa menguatkan kuncian lalu setengah mendorong dua sandera untuk mencari keberadaan Jennie dan Jisoo. Mereka tidak bisa terus berdiam diri di sana tanpa mencari. Keadaan tidak memungkinkan sekarang.
Bola mata terus berkeliling di sepanjang perjalanan. Mengangguk singkat tat kala ada pelayan menunduk hormat pada mereka.
Ketika melintasi aula tertutup siluet tubuh Jisoo dapat mereka tangkap. Tak menunggu lama, mereka pun masuk. Awalnya tersenyum lega sebab akhirnya menemukan keberadaan orang yang sedang keduanya cari, tetapi setelah melihat tubuh kaku di depan sana seketika senyuman memudar terganti keterkejutan.
"Namjoon?" gumam dua bangsawan itu.
Jisoo yang tidak sengaja menolehkan kepala menangkap sosok empat orang yang sedang dia tunggu. Kedua kakinya pun melangkah mendekat. Mereka saling bertatapan singkat, sebelum Rose meminta penjelasan terkait apa yang terjadi.
Jisoo menjelaskan semuanya dari kedatangan hingga sekarang tanpa ada yang ditutupi. Kaget? Jelas saja mereka kaget, terlebih ketika melihat Jennie terduduk diam, terpukul. Sungguh ketiganya tidak mengetahui jika perasaan Jennie pada Namjoon sebesar itu.
"Kita apakan dua sandera ini? Apapun keadaannya kebenaran tetap harus diungkap," ucap Lisa.
"Aku bilang ke Jennie." Jisoo berbalik menuju tempat Jennie. Membisikkan sesuatu yang langsung membuat Jennie tertarik kembali ke dunia nyata. Dia terlalu lama jatuh ke lamunan.
Pandangan matanya dingin, sangat dingin saat melihat dua pangeran Min di tangan temannya.
"Jis, katakan padaku jika semua ini berkaitan dengan pemberontakan," datar Jennie.
"Aku yakin tentang itu." Jisoo berujar pelan.
Tentang kabar kematian Namjoon, Jisoo juga sangat sedih seperti orang-orang lain, hanya saja air mata sukar keluar dari kelopak matanya. Gadis itu terus mengambangkan senyum ketenangan sebagai upaya memberi energi positif ke semua orang. Dan ya, itulah Kim Jisoo.
Jennie segera berdiri di samping Jisoo.
"Panggil ayahmu, Jis. Kita selesaikan semuanya sekarang."
Tidak bertanya, Jisoo mengangguk lalu mencari keberadaan kaisar. Sedangkan Jennie ke tempat teman-temannya, memberikan isyarat untuk keluar dari aula.
Q u e e n
—mereka pemberontak, Yang Mulia."
Rose mewakili teman-temannya menjelaskan semuanya. Dari awal hingga akhir penyelidikan mereka terhadap Kekaisaran Min. Segalanya mereka ungkapkan, kecuali tetang kebenaran identitas asli 4 bangsawan.
Terlihat Kaisar Kim menahan amarah. Aura kebesarannya membuat mereka semua tercekat. Menampar pelan, menyadarkan jika di depan mereka adalah sang Kaisar sesungguhnya.
Apabila keempatnya boleh jujur, lebih seram melihat kaisar daripada presiden di abad 21. Bulu kuduk mereka sampai berdiri saking kuatnya tanda kekuasaan.
"Apakah anakku, pewaris tahta Kekaisaran Kim kalian yang membunuhnya?" Dingin. Sangat dingin.
Rose dan Lisa dapat merasakan keringat keluar dari kulit tangan pangeran Min. Semua orang merasakan intimidasi.
"Kami tidak tahu," jawab Seokjin bergetar.
Jennie berdecih pelan, "Jikalau yang membunuh orang lain, tetap kalianlah yang menyuruhnya. Jadi sama saja kalian pembunuh!"
"Kami tidak tahu." Kembali terdengar jawaban sama. Kali ini keluar dari mulut Yoongi.
Keheningan mengambil alih beberapa saat. Setelah itu, atas perintah kaisar Min Seokjin dan Min Yoongi dikirim ke penjara sebagai tersangka sekaligus sandera. Menteri Hwang yang notabennya pengkhianat tidak bisa dijebloskan sebab kondisinya yang sejak sekarang belum bisa membuka mata—kita dapat tahu pasti ulah siapa itu.
Seluruh keluarga Hwang termasuk Selir Hwang dikirim Kaisar ke istana pengasingan. Siapapun keluarga pengkhianat harus mendapatkan konsekuensi. Karena inilah hukum Dinasti Kim, satu anggota salah maka keluarga lain ikut terjerat. Jabatan menteri dan segala gelar terkait Menteri Hwang telah dicabut secara tidak hormat.
"Lalu kalian, dapatkah aku percayakan mencari pengkhianat lain? Terkait Kekaisaran Min, aku akan mengurusnya," ucap sang kaisar.
Jisoo, Jennie, Rose, dan Lisa mengangguk pasti.
"Setelah upacara pemakaman anakku, aku akan memberikan perintah lain selain penahanan—dan Jennie maafkan aku karena tidak bisa menjaga calon suamimu."
Jennie terkesiap, kembali mengingat kejadian beberapa saat lalu. Kesedihan perlahan kembali datang. Terlalu sesak, sampai dirinya enggan mengingat, meski sia-sia. Gadis itu memilih diam, menunduk.
Jisoo menoleh pada ayahnya, "Apakah akan ada peperangan?" tanyanya.
"Kemungkinan terbesar, iya."
Setelah itu, keempat bangsawan pun keluar dari ruangan yang tak jauh dari aula tertutup—tempat persidangan. Mereka berjalan dalam keheningan, suasana sekitar yang ramai tetap terasa sepi di antara mereka berempat.
"Sedikit lagi dan kita akan kembali. Tolong jangan membuat rumit posisi diri sendiri di abad ini. Mau bagaimanapun ini bukan tempat kita. Fokus saja pada apa yang menjadi tujuan utama kita," jelas Lisa. Dalam hatinya dia takut mereka akan gagal.
Dia sadar mereka terlalu membuka diri menerima semuanya. Melupakan konsekuensi jika hal tersebut mampu mengacaukan apapun yang telah mereka susun sejak jauh hari.
Jennie menatap Lisa, tertampar keras oleh kata-katanya.
Tak hanya Jennie, Jisoo mapupun Rose juga merasa tertampar. Abad 21, itulah tempat tinggal mereka. Orang tua, teman, suasana, dan apapun milik keempatnya berada di sana.
Jisoo melangkah mendekat, menarik perlahan ketiga temannya dalam satu pelukan hangat. Menyalurkan energi positif yang menguar dari dalam dirinya. Dia lah yang tertua, perasaan harus menjaga memenuhi relung hatinya. Pelukan memang tidak bisa menyelesaikan masalah mereka, tapi cukup menguatkan diri demi secercah harapan terbaik.
"Pertumpahan darah, persimpangan ego, ketidakpercayaan diri—ketiga hal itulah yang sebentar lagi kita hadapi. Aku yakin asalkan kita berempat bersama-sama, saling menggenggam, dan saling percaya semua akan mudah dilalui. Kuncinya adalah kebersamaan kita. Kita harus bisa dan berhasil demi masa depan. Sebab tujuan kita tertarik ke dunia ini untuk memperbaiki. Kita berempat."
Perkataan panjang Jisoo membuat Jennie, Rose, dan Lisa menangis dalam diam. Tak mampu membalas apapun selain semakin menguatkan pelukan. Benar apa kata Jisoo, benar sekali.
Mereka akan terus percaya, mereka akan terus yakin, dan mereka akan terus berjuang. Sebentar lagi, tunggu mereka sebentar lagi.
••••
0720Haloha I'm backk >o<
Pendapat tentang part ini?
Maaf, baru bisa up hari ini bukan kemarin T.T
Jangan lupa tinggalkan jejak
See you in next chapter~
SPOILER NEXT PART :
"Bersiaplah!"
callmeRIES
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[Only on Wattpad! Dan sudah dibukukan.] Berbekal otak jenius dan kemampuan bela diri, empat gadis cantik yang tidak saling kenal dipertemukan di 'masa' yang berbeda. Menyeberangi dimensi ke abad-16, tempat di mana orang terhebatlah yang paling dihor...