Kim Jisoo - Jisoo Kim

13K 1K 32
                                    

|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIES

Waktu telah menunjukkan pukul empat sore. Bagi para mahasiswa fakultas hukum yang memilih masuk pagi, saat-saat inilah yang paling ditunggu. Jam pulang. Meski pulang tidak membawa tangan kosong dengan kata lain tugas-tugas baru siap menunggu dikerjakan, tetap saja mereka bahagia, karena sejenak otak beristirahat dalam memacu kerjanya.

Di lain kesempatan seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjangnya berjalan anggun walaupun memakai sepatu kets di koridor gedung tiga menuju gerbang kampus. Tak jarang mahasiswa lain menyapanya dijalan, gadis itu tentu membalas sapaan orang-orang, karena begitulah Kim Jisoo baik, cantik, dan ramah.

Sang primadona kampus. Populer tidak hanya karena cantik, tapi juga karena kecerdasan dan keahlian bela dirinya.

Sesampainya di depan gerbang, berkali-kali Jisoo memandangi jam tangannya, menghela nafas pelan ketika menyadari jika sopir jemputannya kemungkinan terlambat.

"Huh...aku rindu kasurku."

Saat kepalanya menoleh ke samping kiri, dia melihat seorang nenek-nenek yang ingin menyeberang. Tanpa dia komando pun kakinya berjalan mendekat.

"Nek, saya bantu seberangkan." Dengan tersenyum Jisoo menggiring nenek itu menyeberang, tentu sebelumnya dia mengkoordinir lalu lintas agar para pengendara memberi ruang untuknya mengantar nenek itu ke seberang jalan sana.

"Terimakasih anak muda."

"Sama-sama. Saya kembali ya nek."

Saat Jisoo akan kembali, tangan nenek yang baru saja dia bantu menahan pergelangan tangannya.

Jisoo berbalik dengan kebingungan, "Iya nek?"

Dengan senyum khas keibuan, nenek itu meraih telapak tangan kanan Jisoo kemudian memberinya sepasang anting emerald sebelum pergi meninggalkan tempat.

"Eh. Nek, tidak perlu memberi sesuatu. Saya ikhlas menolong." Cukup cepat Jisoo mengejar, tetapi entah kenapa dia tidak bisa mengejar nenek itu. Hingga ponselnya berbunyi.

"Nona muda, saya sudah berada di depan kampus."

"Oh, iya pak."

Panggilan pun dimatikan. Meski masih bingung, akhirnya Jisoo kembali menuju sopirnya. Tangannya memegang erat anting pemberian sang nenek.

Q u e e n

Malam harinya di balkon kamar, Jisoo memandangi anting di genggamannya. Jika dilihat-lihat anting ini mahal dan kuno, tapi kenapa? Bukankah lebih baik jika disimpan nenek itu saja? Juga tadi saat dia mengejarnya, mau seberapa cepat pun tidak akan terkejar padahal jaraknya dekat.

Aneh.

Kepala Jisoo mengadah ke atas, melihat bulan sabit yang saat ini terasa bersinar sangat terang ke arah bumi. Namun, penglihatannya merasa bulan sabit itu seperti lampu panggung yang menyorot ke arahnya.

Perlahan cahaya hijau dari tangannya menguar menutup seluruh tubuhnya. Cahaya itu berasal dari anting emerald, ketika Jisoo mulai menyadarinya dia terlambat. Jiwanya seperti tersedot ke sebuah portal yang membuat dia kehilangan kesadaran.

Q u e e n

Perlahan kedua matanya terbuka. Dia belum fokus karena berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.

"Tuan putri sudah sadar! Tuan putri sudah sadar! Segera panggilkan tabib kekaisaran."

Kepala Jisoo pusing, saat kedua matanya terbuka secara sempurna dia sedikit tersentak saat ada orang asing yang duduk di lantai sebelah tempat tidurnya.

Tunggu! Tempat tidur?

Jisoo secepat kilat melihat pakaiannya, hanbok. Bukankah sebelumnya dia memakai piyama. Oh, God apa ini?

"S-siapa kamu?"

"Saya pelayan tuan putri, Go Yuna. Apa yang terjadi pada anda, putri? Kenapa anda tidak mengingat saya?" Gadis yang terlihat beberapa tahun lebih muda darinya itu menangis melihat keadaan yang terjadi pada tuannya.

Jisoo mengernyit bingung. Bergegas dia bangkit dari tempat tidur untuk segera keluar. Dia ingin memastikan.

"Tuan putri."

Jisoo berlari keluar kamarnya. Ketika di luar, para pelayan langsung bersujud mendoakan kesembuhannya. Jisoo semakin bingung, dibawanyalah tubuh seputih salju menyusuri tempat asing itu. Mengangkat sedikit hanboknya Jisoo berjalan cepat.

Tempat ini adalah kekaisaran. Jisoo menyadarinya sejak dia keluar dari kamar. Arsitektur zaman terdahulu sangat kental disini. Juga karena para pelayan yang memanggilnya tuan putri.

Yang aneh adalah bagaimana dia bisa datang? Apakah ini nyata? Abad berapa sekarang? Bagaimana keadaan tubuhnya di abad ke-21? Dan jiwanya ber-transmigrasi ke tubuh siapa?
Tidak ada ingatan apapun.

Jisoo menghela nafas pelan.

Ada sedikit rasa takut di hatinya. Karena yang dia ketahui zaman kekaisaran terdahulu sangat kejam. Tidak ada belas kasihan saat kau dibuktikan bersalah, meskipun sebenarnya tidak. Namun, juga ada rasa penasaran yang bersarang di hatinya, jika ini nyata dia ingin terjun langsung melihat pemerintahan era terdahulu.

Tentu saja karena dia sangat tertarik dengan hukum, di tambah fakta kalau Jisoo adalah mahasiswa terbaik jurusan hukum di Universitas tempat dia berkuliah. Dimana ketika dia lulus gelar pengacara langsung disandangnya. Lagipula Jisoo tidak akan membiarkan ketidakadilan hukum terjadi di depan matanya. Dia sangat membenci hal itu.













••••
1119

callmeRIES comeback guiss.

It's my first story fantasy. Hehe

Semoga berhasil dan kalian suka ya

Tunggu dan nikmati ya,

Don't copy my story!

Terimakasih

The Queen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang