17. Garis Kedua

3.8K 586 94
                                    

|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIES

Sudah lebih dari satu minggu empat gadis dengan segudang tujuan hanya mampu berdiam diri di dalam rumah kayu tanpa melakukan apapun. Mereka hanya bermalas-malasan, makan, minum, mandi, dan apapun kegiatan yang bisa di lakukan di rumah. Jisoo, Jennie, Rose, dan Lisa tidak bisa memikirkan rencana apa yang harus mereka lakukan sekarang, lebih tepatnya sejak satu minggu yang lalu.

"Siapa yang mau menemaniku beli makanan di luar?" teriak Lisa meski ketiga temannya berada dekat dengan dirinya.

"Jangan teriak-teriak!" ucap Jisoo tidak kalah kerasnya.

"DIAM!!" amuk Rose. Gadis itu sedang tidur tadi, tapi harus terpaksa bangun sebab teriakan kedua temannya.

Lisa menggembuskan nafas kasar. Lalu pandangannya berpaling ke arah Jennie yang sibuk membolak-balikkan buku yang sempat Jisoo pinjam. Ekspresi Lisa memperlihatkan adanya rencana untuk beberapa detik ke depan.

"Eonni, mari temani aku membeli makanan di luar?" Lisa ber-agyeo di depan Jennie. Memperlihatkan gerakan dan ekspresi lucu agar Jennie luluh.

"Menjijikkan. Ayo!" sarkas Jennie. Gadis bergelar Bangsawan Ruby itu segera menutup buku di tangannya, kemudian berdiri lalu berjalan menuju pintu utama disusul Lisa di belakangnya.

Sedangkan Lisa mengembungkan pipinya kesal. Dia tidak menyangka Jennie akan mengatakan kata 'menjijikkan'. Oh, sunggu tersayat hati ini.

"Kami pergi dulu." pamit Lisa. Keduanya pun menghilang dari dalam rumah menuju pasar.

Q u e e n

Saat ini Lisa dan Jennie berada di salah satu penjual kue beras. Gadis berponi itu tidak berhenti memasukkan kue beras ke dalam mulutnya, kemudian mengambil kembali untuk dimakan lagi. Jika Jennie hitung-hitung ada lebih dari 10 kue beras telah masuk ke dalam perut Lisa.

Jennie hanya menyaksikannya saja, dia tidak lapar jadi dia tidak memakan apapun. Dan sepertinya dengan melihat Lisa makan lahap sudah membuatnya kenyang.

"Kamu tidak makan, Eon? Enak sekali tau, aku sampai tidak bisa berhenti memakannya." ujar Lisa dengan mulut penuh kue beras. Jennie cukup menanggapinya dengan gelengan kepala pelan.

Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak ada yang berbeda, sama saja. Tunggu! Tunggu! Ada yang berbeda, hari ini suasana pasar identik dengan warna merah. Tidak seperti biasanya.

"Adakah suatu peringatan untuk hari ini?" tanya Jennie pada penjual kue beras itu.

"Hari ini Kekaisaran Kim memeringati Hari Kemakmuran sekali dalam setahun." jawabnya.

Ketika Jennie akan kembali bertanya, ada keributan tepat di sebelahnya.

"Hey! Bayar dulu!" sungut Lisa.

"Lepaskan tanganku gadis kecil! Seorang gadis sepertimu sangat tidak sopan bersikap seperti itu padaku!"

Lisa memincingkan matanya, terlihat jika dia sudah terpancing emosi.

"Ada apa ini, Nona?" tanya penjual kue beras.

"Dia mencuri kue beras jualanmu, Paman."

Lisa semakin menahan tangan pria tua yang mencoba kabur dari masalah. Dengan sekali dorongan, pria itu jatuh.

"Kau bayar atau aku mempermalukanmu di sini?" ancam Lisa tidak main-main.

Jennie menjauh dari tempat Lisa. Tangannya bersedekap sambil memandang remeh pria tua yang telah memancing kemarahan Lisa. Saat ini dialah target kemarahan Lisa, maka tidak ada alasan bagi Jennie untuk mengganggu.

The Queen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang