|Vote dan comment dipersilakan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIESEmpat jiwa dari dimensi yang berbeda telah hadir ke tempat yang telah ditakdirkan semesta untuk mereka. Menghadirkan masalah sebagai ujian untuk membuktikan jika mereka tidaklah lemah. Dengan tekat sekuat baja dan pemikiran yang dipaksa untuk melihat dunia dalam sisi yang berbeda, keempat jiwa itu akan berjuang bersama meski sebelumnya tidak saling mengenal.
Kim Jisoo, Jennie Kim, Roseanne Park, dan Lalisa Manoban. Bersiaplah untuk turut andil di kisah mereka, sebagai penonton perjuangan keempatnya.
Q u e e n
"Oh, jadi kita berada di abad-16, Dinasti Kim?" Jisoo mengangguk-anggukkan kepala mengerti. Yuna telah menjelaskan semuanya kepada Jisoo perihal kehidupan Jisoo Kim yang sebelumnya.
Tadi setelah gadis itu membuat kekacauan di Istana Emerald tabib kekaisaran datang untuk memeriksa keadaannya, dia dinyatakan mengalami hilang ingatan akibat kejadian tiga hari lalu. Kejadian apa itu, Jisoo juga telah mengetahuinya. Jisoo Kim terjatuh dari tangga saat akan menemui sang ibu di kediamannya.
"Benarkah alasan aku jatuh karena terpeleset?" Jisoo sangat ragu dengan alasan klasik seperti itu. Heol! Ini adalah zaman dimana berbagai cara dihalalkan untuk memperebutkan tahta kaisar, tidak mungkin se-klise kelihatannya.
"Benar putri, saksi tidak mengatakan melihat orang lain di sekitar putri saat itu."
Jisoo memilih diam pada akhirnya. Sedangkan di dalam otaknya, dia memikirkan semuanya. Ck..aku harus menyelidikinya.
"Ikut aku mengelilingi kediamanku."
Jisoo beranjak dari duduknya, Go Yuna pun segera mengikuti tuannya dari belakang. Tour mendadak ini membuat hati Jisoo senang, setidaknya sebelum mengambil langkah dia harus tahu kondisi tempat pertarungan.
Q u e e n
"Nona muda."
Jennie berhenti dari kegiatan berlarinya. Menengok ke belakang dan mendapati seseorang dengan pakaian pelayan kuno mendekatinya.
"Salam saya nona muda. Tuan memanggil anda ke ruangannya."
Jennie menaikkan sebelah alisnya bingung. Siapa yang dimaksud tuan oleh gadis muda di depannya? Nona muda? Dia juga seorang nona disini?
"Siapa namamu?"
"Menjawab Nona, saya Lee Nana, pelayan pribadi nona."
Meski sedikit terkejut karena secara tiba-tiba tuannya melupakan dia, Nana tetap memilih diam dan menunduk.
Jennie berfikir kembali, sepertinya jalan terbaik adalah mengikuti Nana. Mungkin dia bisa mendapatkan jawaban.
"Angkat kepalamu! Kau tidak melakukan kesalahan," ujar Jennie datar.
Jennie Kim telah berubah ke mode seriusnya, "Tolong tuntun jalanku."
Nana mengangguk kaku. Dia merasa nonanya berubah, tidak seperti biasanya, dan sangat berbeda. Kim Jennie yang dikenalnya adalah sosok manja dengan segala tingkah imutnya ke semua orang. Sedangkan yang bersamanya sekarang, seperti jiwa yang berbeda dalam tubuh yang sama.
Dengan pandangan tajam mengikuti setiap langkah, orang-orang yang berlalu lalang melewatinya segera menunduk berbalut perasaan intimidasi dari Jennie. Tentu saja Jennie tidak peduli.
Q u e e n
Tidak peduli?
Rose mengernyit saat mendengar penjelasan dari Naina. Begitukah kepribadian Park Roseanne sebelum jiwanya memasuki tubuh gadis itu.
Jika sosok pendiam Rose mengakuinya, tapi jika tidak peduli Rose enggan mengakuinya. Dia itu gadis yang perhatian, bahkan karena terlalu perhatian Rose nekat ikut campur urusan pribadi orang lain untuk sebuah berita.
Rose menggeleng tidak setuju, tapi tetap memilih diam.
"Anda bergelar 'bangsawan shappire' putri. Kaisar sangat menyayangi anda, seperti halnya beliau menyayangi ibu anda."
"Bangsawan shappire?"
"Benar, tidak akan ada rahasia di hadapan anda karena Bangsawan Shappire memiliki hak mendapatkan informasi apapun, kebal hukum, dan bebas menghukum atau memutus hukuman selagi berada di otoritas anda." Jelas Naina.
Rose membelalakkan mata, heol! Semua hal itu benar-benar hebat. Jika dia bebas mendapatkan informasi apapun berarti menciptakan sumber berita bukan hal yang sulit. Artinya dia bisa membuat club jurnalisnya sendiri. Rose tertawa dalam hati.
Setidaknya dia memiliki kartu AS untuk melindungi dirinya dari kejamnya situasi istana.
Q u e e n
Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Otak Lisa berasa ingin pecah sekarang. Dia tidak bisa berpikir karena terlalu panik.
"Jawab pertanyaanku! Ada apa denganmu?"
Lisa memandang sekilas laki-laki yang sedari tadi bingung akan tingkahnya. Sudah sekitar tiga puluh menit Lisa mondar-mandir di tempatnya, juga tiga puluh menit pula dirinya dianggap aneh oleh orang itu.
"Apa ini semacam transmigrasi jiwa? Tapi, bukankah hal semacam itu hanya ada di novel? Bagaimana mungkin? Oh, tuhan aku sudah bahagia dengan kehidupanku sebelumnya, kenapa engkau membawaku ke tempat asing ini?" guman Lisa sambil menggigit kukunya -kebiasaan dia saat sedang panik-
Menghirup nafas panjang, akhirnya Lisa memilih menatap satu-satunya orang yang bersamanya.
"Siapa kamu?"
Tatapan bingung Lisa dapat dari orang itu. Mencoba tidak peduli Lisa melanjutkan, "S-sepertinya aku lupa ingatan. J-jadi aku tidak mengingat apapun."
Helaan nafas lega keluar dari mulutnya setelah mengatakan beberapa kata yang baginya teramat sulit. Dengan penuh kecurigaan laki-laki itu mengamati Lisa dengan sangat cermat, seolah Lisa adalah tersangka dari sebuah kasus berbahaya.
"Jungkook."
Entah perasaannya saja atau bukan, nada bicara laki-laki yang mengaku bernama Jungkook berubah dingin. Kemudian tanpa mengatakan apapun Jungkook meninggalkan Lisa begitu saja.
Lisa pun hanya bisa terdiam. Tentu dia tahu apa arti tatapan Jungkook kepadanya. Keraguan. Pasti sekarang orang itu tidak percaya jika aku adalah orang yang dia kenal, batin Lisa. Namun, dia juga tidak bisa menepis fakta yang ada. Karena percaya atau tidak percaya tubuh ini memiliki jiwa yang berbeda.
"Aku benar-benar butuh petunjuk untuk bersikap bagaimana."
••••
1219Haloha, Ries come back :)
Pendapat tentang part ini? Pertemuan antara jenchulichaeng belum terjadi, wait aja yaa
Don't copy my story!!
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen (SUDAH TERBIT)
Fanfikce[Only on Wattpad! Dan sudah dibukukan.] Berbekal otak jenius dan kemampuan bela diri, empat gadis cantik yang tidak saling kenal dipertemukan di 'masa' yang berbeda. Menyeberangi dimensi ke abad-16, tempat di mana orang terhebatlah yang paling dihor...