|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIESJennie diam beberapa menit setelah Seokjin menceritakan apa yang terjadi di Kekaisaran Kim. Kalau dari ceritanya, Seokjin tetaplah musuh mereka. Sebab ia setia mendukung ayahnya.
"Jin, apa menurutmu yang ayahmu lakukan pada Kekaisaran Kim itu hal baik?" tanya Jennie.
Seokjin terlihat terkejut sebentar, sebelum ia menjawab ucapan Jennie.
"Tidak, yang aku lakukan pada kalian pun juga tidak baik."
"Lalu kenapa dulu?"
"Dulu aku anggap semua yang ayahku lakukan itu benar. Membalas seseorang yang sudah menghancurkan keluarganya. Tapi entah kenapa setelah bertemu Jisoo, setelah merasakan kebaikan kalian saat itu, aku merasa semua yang kami lakukan salah. Aku sangat menyesal menyebabkan Jisoo seperti ini," ujar Seokjin menyesal.
Jennie memperhatikan Seokjin seksama. Memperhatikan bagaimana gelagatnya, memperhatikan bagaimana reaksinya, memperhatikan bagaimana ekspresinya setelah mengungkapkan rasa menyesalnya.
"Jin, cepat atau lambat kau akan kembali melawan kami. Di saat itu aku mohon--"
Seokjin membolakan mata. Bagaimana mungkin ia melakukan apa yang Jennie katakan padanya? Ia tidak seberani itu. Dan ia terlalu ragu untuk melakukannya.
"Bagaimana--"
"Anggap sebagai pembalasan dosamu atas semua yang kau lakukan pada Jisoo dan pada kami." Jennie menatap lekat Seokjin penuh peringatan.
Ekspresi Seokjin benar-benar kaku, ia bingung harus menanggapi apa. Lelaki itu pun menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
"Baiklah, tapi dengan satu syarat," kata Seokjin. Jennie menaikkan sebelah alisnya, pertanda ia bertanya.
"Bunuh aku setelah itu."
Sekarang ganti Jennie yang membolakan mata. Sebenarnya Jennie tidak masalah dengan syarat Seokjin, tapi haruskah membunuh seseorang yang akan membantu mereka nanti?
"Tentu dalam pertarungan itu aku akan melawanmu dengan serius atas nama Putra Mahkota Kekaisaran Min. Jadi, lawan aku sekuat mungkin hingga aku terbunuh."
"Kenapa?" tanya Jennie pada akhirnya. Ia penasaran apa sekiranya alasan seorang Min Seokjin.
"Karena aku tidak mau mati dengan gelar pengkhianat."
Satu kalimat yang sangat berarti. Senyum kecil terbit di bibir Jennie. Jujur saja sekarang ia kagum dengan Min Seokjin. Sikap seorang Putra Mahkota memang seharusnya seperti itu. Membahas tentang Putra Mahkota jadi mengingatkan Jennie pada sosok Namjoon. Seseorang yang rela mengorbankan nyawanya demi rakyat Kekaisaran Kim.
Jennie mengangguk. Ia mengerti dan menyetujui semuanya. Tat kala ia berbalik untuk kembali ke kamar Jisoo, kata-kata Seokjin menghentikannya.
"Tolong sembunyikan dari Jisoo."
"Baiklah."
Tersisalah Seokjin seorang di dalam dapur. Pikirannya terus menerus memikirkan permintaan Jennie tadi, dan bagaimana cara melakukannya.
Aku tahu!
Seokjin segera pergi dari sana. Setidaknya ia harus melakukannya sekarang agar di hari-H nanti semua sudah siap.
Terbesit kekaguman pada kecerdasan Jennie karena gadis itu bisa memikirkan rencana dari jauh-jauh hari. Ternyata yang tertulis di dalam sejarah benar adanya, siapapun yang menyandang gelar Bangsawan Ruby, Emerald, Shappire, dan Crystal adalah 4 orang terpilih yang cerdas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen (SUDAH TERBIT)
Fanfic[Only on Wattpad! Dan sudah dibukukan.] Berbekal otak jenius dan kemampuan bela diri, empat gadis cantik yang tidak saling kenal dipertemukan di 'masa' yang berbeda. Menyeberangi dimensi ke abad-16, tempat di mana orang terhebatlah yang paling dihor...