|Vote dan comment dipersilahkan sebagai bentuk apresiasi bagi seorang penulis|
©callmeRIESSudah lebih dari tiga hari Rose berada di tempat persembunyian Keluarga Kim setelah pembebasannya waktu itu. Tempat yang tentu saja tak sebesar istana, namun lebih nyaman dari istana.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sehun setelah mendudukkan diri di sebelah Rose.
Rose menoleh sebentar untuk melemparkan senyuman, kemudian kembali menoleh ke depan.
"Berdoa," balas Rose singkat.
Sehun tersenyum mendengar balasan dari adik tirinya itu. Jujur saja, dari semua adik-adiknya hanya Rose lah yang bisa membuatnya menunjukkan kejujuran, meski dulu mereka tidak banyak mengobrol.
"Mau mendengar cerita?" tanya Rose. Dengan semangat 45 Sehun mengangguk. Kapan lagi ia bisa mengobrol panjang lebar dengan Rose.
"Sebelum aku bercerita, aku akan bertanya padamu. Apa kau percaya keajaiban?" tanya Rose.
"Apa maksudmu? Sejak dulu keajaiban memang ada. Buktinya bila tidak ada keajaiban tak mungkin ada harapan untuk merebut kembali Kekaisaran Kim," balas Sehun yakin.
Rose mengulas senyum tipis, apa yang dikatakan Sehun ada benarnya, tapi bukan itu yang ia maksud sekarang.
"Kau benar, tapi bagaimana dengan keajaiban tentang reinkarnasi?" tanya Rose lagi.
"Reinkarnasi?" bingung Sehun.
"Bagaimana kalau Rose yang ada di hadapanmu sekarang bukanlah Rose adikmu? Ragaku mungkin adalah adikmu, tapi jiwaku bukan adikmu. Aku hanyalah jiwa dari masa depan yang diberikan tugas merasuki diriku di masa lalu untuk memperbaiki sebuah peristiwa. Dengan kata lain aku telah ber-reinkarnasi. Bagaimana menurutmu?"
Sehun terdiam sejenak sebelum tawanya mengudara. Topik yang diceritakan adiknya sangat tidak masuk akal. Apa maksudnya itu? Rose adalah Rose.
"Jangan bercanda sekarang, Rose. Tapi jika itu bisa membuatmu bahagia aku akan terus dengarkan," balas Sehun setelah meredakan tawanya. Sebuah senyum hangat terpatri di bibirnya.
Pada akhirnya Rose terkekeh atas kebodohannya. Tidak mungkin orang lain, selain ibunya memercayai semua kata-katanya tentang kebenaran tentang dirinya.
Meski ia tahu Sehun tidak percaya, Rose tetap saja menceritakan kehidupan masa depannya. Ia tidak peduli mau sehun percaya atau tidak, saat ini ia butuh mengalihkan fokus untuk sejenak.
"Di masa depan namaku juga Roseanne, margaku pun juga Park, dan rupaku sama persis seperti saat ini. Benar-benar takdir bukan? Haha ... aku seorang mahasiswi di salah satu universitas terbaik di kotaku, keahlianku adalah stalker, sejenis mengorek informasi dari orang lain," Rose mulai bercerita.
Sehun yang menganggap cerita Rose hanya sebatas candaan belaka, mulai mengikuti alur yang gadis itu ciptakan.
"Apa itu universitas?"
"Tempat untuk mencari ilmu, sama seperti sekolah, bedanya untuk ke pembelajaran yang lebih tinggi dan muridnya pun sudah tergolong dewasa," balas Rose dengan senang hati.
"Di sana aku menjabat sebagai ketua club jurnalis, aku sangat suka mencari dan memberikan informasi. Bahkan, aku yang membuat situs web univ loh." Rose bangga atas pencapaian terbesarnya sebagai ketua.
Sehun menepuk-nepuk tangannya sebagai tanda kekaguman, meskipun ia tidak paham sama sekali. Ia tidak ingin mengecewakan sang adik.
"Kau tahu, kehidupanku di masa depan sangat bahagia. Makanya saat terlempar ke sini dan diberikan tugas seberat itu, membuatku terkejut. Aku yang belum pernah membunuh orang, sekarang harus mengotori tanganku dengan alasan kebenaran. Aku yang tak pernah dikucilkan keluargaku, di sini malah tak dianggap oleh ayahku sendiri. Aku yang selalu bersyukur atas kehidupan, untuk pertama kalinya mengeluh atas semuanya."
Setetes demi setetes air mata mulai membanjiri pipinya. Gadis itu tak mampu menahan semua beban yang selama ini ia pendam. Menjadi kuat tidak segampang itu.
"Hiks ... keinginan terbesarku sekarang adalah kembali, tapi aku cukup sadar diri kalau sebelum semua masalah di sini selesai aku belum bisa kembali. A-aku sangat merindukan keluargaku, teman-temanku, aktivitasku, aku merindukan semuanya. Semua kehidupanku di masa depan."
"Rose--"
"Andai, andai saat itu aku langsung pulang, mungkin aku tidak akan di sini sekarang. Aku tidak akan mengalami hal tidak masuk akal ini. Tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa mengacuhkan seseorang yang jelas-jelas membutuhkan bantuanku."
Sehun menarik Rose ke dalam dekapannya. Memeluk erat tubuh bergetar itu. Sehun memang tidak memercayai semua perkataan Rose, namun melihat adiknya menangis tentu saja Sehun tidak tega.
"Sstt ... oppa bersamamu sekarang."
Berakhirlah siang itu Rose menangis di dekapan Sehun. Mencurahkan air mata yang sidah ia tahan selama ini. Air mata yang ingin ia keluarkan saat di dalam penjara, tapi tak bisa.
Q u e e n
Tanpa diduga Rose dan Sehun, sedari tadi ada seorang lelaki yang berdiri tak jauh dari tempat mereka. Semua perkataan Rose mampu ia dengar, tanpa terlewat sedikit pun.
"Apakah yang kau katakan itu benar, Rose? Benarkah kau orang yang berbeda?" tanyanya kemudian berbalik untuk kembali ke tempat latihan para prajurit.
Ia Kim Chanyeol. Seseorang yang tadi berniat mencari Sehun dan berakhir turut mendengarkan curhatan Rose.
Semua kata-kata dari Rose mampu membuatnya dilema. Sesungguhnya ia tidak ingin percaya, tidak menemukan alasan pula untuk percaya. Namun, mendengar nada itu, tangisan itu, kesungguhan itu ... kembali memaksa Chan untuk berfikir.
Jika kau dari masa depan, lalu di mana Rose-ku? Siapa sebenarnya gadis yang aku cintai? Batin Chan berteriak.
Chan menarik panjang nafasnya lalu mengeluarkan perlahan. Ia harus fokus pada misi. Ia tidak boleh membiarkan pikiran lain mengacaukan fokusnya. Waktu 3 tahun ini tidak akan ia sia-siakan. Mereka harus mendapatkan kemenangan.
Fokuslah Kim Chanyeol!
••••
1220Haloha I'm backk >o<
Pendapat tentang part ini?
Percayalah aku sedang berusaha update setiap hari, karena aku mau The Queen cepat tamat, hikss
Gemes tau sama diri sendiri yang hobi nunda-nunda update😞 (maaf ya semua)
Terus dukung The Queen yaa ....
See you in next chapter~
callmeRIES
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[Only on Wattpad! Dan sudah dibukukan.] Berbekal otak jenius dan kemampuan bela diri, empat gadis cantik yang tidak saling kenal dipertemukan di 'masa' yang berbeda. Menyeberangi dimensi ke abad-16, tempat di mana orang terhebatlah yang paling dihor...