Forty-One

412 40 3
                                    

"Jangan berharap lebih. Ntar jatuh sakit,"

~Aydrus Ali Haeddad~

6_Januari

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~12.50 WIB~

"Mampus lo, Haf," gumam Zayra.

Hafiz speechless. Di depan rumah sakit itu terlihat Zyan, Irra, dan Sandra yang sedang mengobrol. Dilihat dari Zyan yang baru saja turun dari mobilnya, tentu mereka baru bertemu dan sepertinya mereka--

"Mau jenguk?" tebak Zayra.

Hafiz mengangguk, "Harus segera nyampe kamar sebelum mereka sampe,"

"Lari! Lari!" seru Zayra sembari menarik lengan Hafiz, "Bentar, bentar. Topinya pake. Kita lewat belakang,"

"Lo mau ngajak pasien jatoh dari jurang lari, Zay? Waras, gak?" tanya Hafiz.

"Ih, gue tau lo udah pulih sampe bisa balik ke desa cuma buat nyari handphone doang! Ayo! Ayo!"

Grep!

Hafiz melirik. Sepertinya Zayra mengidahkan bahwa mereka bukanlah mahrom untuk saling bersentuhan. Namun di saat seperti itu juga Hafiz hanya bisa mengikuti instruksi dari gadis karateka yang mengajaknya lari melewati gedung belakang rumah sakit.

"Ih, seru! Kayak film-film barat, gitu!" ujar Zayra sembari melangkahi anak tangga.

"Apanya seru, sih?" gumam Hafiz. Cowok itu malah sudah lelah untuk melangkahi tiap anak tangga. Alasan Zayra tidak melewati lift adalah agar tidak bertemu dengan tiga sejoli itu. Padahal, mereka terlihat masih mengobrol dan jika Hafiz juga Zayra lebih cepat saja tentu mereka tidak akan bertemu rombongan Zyan.

"Rempong amat, sih, jadi cowok? Udah, ngalur aja! Ini demi kebaikan lahir batin nurani jasmani lo juga," racau Zayra.

Kriek!

"Duduk, cepet! Pasang infus," ujar Zayra.

"Bentar, bentar! Gue ragu kalo lo yang pasang infus," tentu Hafiz memasang wajah ragu dengan tangan yang menghalangi Zayra.

Zayra berdecak, "Oke, gue pasang perban di kepala lo,"

Hafiz mengambil infus dari tangan Zayra. Hah, semoga memang tidak ada perawat atau dokter yang menjenguknya karena itu bukan jam cowok itu untuk dicek sebagai pasien.

"Akh! Jangan kekencangan juga," protes Hafiz ketika perban dikepalanya dipasang begitu kencang oleh Zayra.

"So-sorry .... Ah, gapapa, deh. Bentar lagi mereka dateng! Gue keluar duluan, ya! Byeee!"

Brak!

Hafiz mengedipkan matanya dua kali. Kenapa gadis itu begitu panik? Hah, entahlah. Cowok itu kini sibuk memperbaiki infus di tangan kirinya. Ternyata melakukan hal yang sebenarnya gampang baginya itu, kini sulit juga karena menggunakan satu tangan.

Krieeek!

"Hoi, Bro! Pakabar?"

Hafiz menoleh, melihat Zyan dan tiga gadis lainnya masuk. Dan, hei? Di situ pun terlihat Zayra di sana.

"Wuih, udah sehatan, Haf? Dari tadi gak ada orang, ya? Aydrus mana?" tanya Zayra basa basi.

Hafiz menghela napas. Astaga, Zayra ingin ber-drama?

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang