Plus 3 (Sixty-One)

460 52 10
                                    

"Jangan liat seseorang dari cover-nya aja. Aku dulu emang lemah, tapi sekarang udah kuat,"

~Aisyah Heelwa Haeddad~

25_Mei


🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~05.10 WIB~

Hafiz membuka matanya perlahan, meredam kepala yang sedikit lebih membaik walau masih terasa berat. Pandangan yang tadinya kabur kini terlihat jelas pada langit-langit kamar homestay dengan latar biru langit.

Pegal ... Hafiz membuang napas pelan sebelum dirinya teringat akan kejadian semalam.

Sebentar ...

Cowok itu menolehkan kepala dengan cepat ke arah kiri ketika tangannya merasakan ada sentuhan. Ah, ternyata itu Zayra yang masih terlelap dalam mimpinya. Sepertinya setelah Hafiz tidak sadar semalam, Zayra dan Ali berhasil masuk untuk menghentikan Viole.

Alhamdulillah.

Cowok itu tersenyum tipis. Jari putihnya terangkat, menyibak poni keriting yang menutupi mata Zayra. Bersyukur serta senang sekali ia ketika Zayra mengetuk pintu dan memanggil namanya. Jika tidak, entah apa yang akan dilakukan Viole padanya.

Allah yakfadh!

Perlahan, mata di depannya terbuka. Bulu mata lentiknya menemani kelopak mata untuk mengerjap.

"Sobakhul kheir," senyum Hafiz.

Pertama, Zayra diam. Detik kemudian dirinya membelalak kaget dan duduk seketika. Hal itu berhasil membuat Hafiz mengeryit heran.

"Haf? Gak apa-apa?" serbu Zayra bertanya.

Ah, ternyata itu yang membebani pikiran Zayra. Hanya melihatnya cemas, Hafiz jadi tersenyum. Cowok itu menepuk-nepuk bantal tepat di sebelahnya, menyuruh agar Zayra kembali berbaring dan lebih dekat dengannya.

Zayra berdecak, "Aku nanya malah cuek,"

"Ya, ntar dijawab kalo kamu baringan dulu," sahut Hafiz.

Zayra menghela napas. Ia sadar saat sebelum menikah, Hafiz memang sudah mengesalkan. Gadis itu menurut, berbaring di bantal yang sama dengan suaminya itu, lalu tangan putih Hafiz melingkari tubuhnya serta menenggelamkan kepalanya tepat di bawah dagu Zayra.

"Ha-Haf ...!" wajah Zayra bersemu merah, namun detik kemudian ia sadar jika lengannya kalah putih dengan lengan Hafiz. Dan hal itu membuatnya mengembangkan sebelah pipinya, insecure pada kulit harmonis suami sendiri.

"Kher, alhamdulillah. Udah mendingan," sahut Hafiz akhirnya.

"Kamu tau gak apa yang terjadi sama kamu semalem?" tanya Zayra lagi.

Hafiz diam sejenak, "... Tau. Aku meminum apa yang seharusnya tidak kuminum,"

"Tau dari mana? Itu tidak sengaja," sahut Zayra.

"Perempuan semalam yang bilang. Tapi kalian pada gak minum, kan?" tanya Hafiz mendongak, dan hal itu berhasil membuat Zayra kaget plus malu karena hidung Hafiz sempat menyentuh mulut gadis itu.

Zayra memalingkan wajah, "E-enggak, Kak Zyan yang minum terus dia bilang kalo kami gak boleh minum karena itu alkohol,"

"Hm ... Begitu," ucap Hafiz pelan, lalu memejamkan matanya.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang