"Sebuah kebenaran tidak harus menunggu perintah untuk diungkapkan,"
~Zayra Azzahra~
23 Oktober
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Alfa mengatur napas, menghentikan langkahnya ketika matanya menangkap kerumunan orang-orang di pinggir hutan.
Kepala cowok itu menggeleng, "Nggak ... Zyan!"
Kakinya kembali melangkah. Tangannya membuat beberapa orang yang berkerumun segera menepi agar matanya dapat melihat jenazah yang diteriakkan beberapa orang itu.
Gak! Gak!
Alfa terpaku. Menatap seorang laki-laki yang terbujur kaku dengan darah yang mengalir dari dadanya. Sebuah pistol masih tergenggam di tangan kanannya dan jam tangan yang terlepas dari tangannya.
... Ah.
Puk!
"Ngapain lo di sini?"
Alfa terperanjat. Kepalanya segera menoleh dan mendapat sesosok yang ia cari malah berwajah santai dengan alis yang dinaikkan tanda heran. Segera, ia menarik mundur orang tersebut dari kerumunan orang-orang tersebut.
"Zyan!" seru Alfa, lalu menghela napas lega, "Lo dari mana, sih?! Bikin orang khawatir tau, gak?!"
Zyan mengernyit, namun senyum segera melengkung di bibir tipisnya, "Cieee! Nyariin gue, ya? Hahaha!"
Alfa menghela napas kesal. Detik kemudian Hafiz datang dengan wajah yang tidak dapat diartikan saat melihat Zyan, begitu pula dengan yang lain.
"Kak Zyan?" gumam Ali. "Gila, lo rajanya bikin orang khawatir, ya?"
Zyan terkekeh, "Sorry, sorry ... Gue dari pagi cuma muter-muter desa ini, kok. Abisnya nongkrong di warung,"
Hafiz menghela napas, lalu menoleh pada kerumunan orang-orang tersebut, "Jadi itu jenazah siapa?"
"Gak tau. Gue juga baru ke sini gegara teriakan warga," sahut Zyan, "Lo pada gak ngira itu gue, kan?"
"Hampir," sahut Labib santai.
Hafiz menyipitkan mata. Ia melangkah maju, penasaran dengan mayat siapa yang tergeletak di tanah sehingga menggemparkan warga desa tersebut walau sebenarnya tentu pasti Hafiz tidak akan mengenalnya.
Tapi, kenyataan malah membuat matanya membelalak.
"Bi-Bian?!"
Zyan terperanjat. Cowok itu segera menyerbu masuk ke kerumunan dan juga memasang wajah kaget atas mayat yang tergeletak dengan wajah yang mereka berdua baru kenal kemarin itu. Laki-laki murah senyum yang sama sekali tidak memiliki kesalahan itu, kini terbujur kaku di tanah.
"Astaga, dia bunuh diri?!" tanya Zyan tidak percaya. Namum matanya melihat sendiri pistol yamg masih tergenggam di tangan kanannya.
Bunuh diri?
Zayra menoleh, "Dia siapa?"
Aydrus menggeleng, "Gue gak kenal. Tapi gue tau kalo dia orang yang jadi tour guide buat Kak Haf sama Kak Zyan kemarin,"
Zayra mengulum bibir. Jika mayat itu menjadi tour guide Zyan dan Hafiz, berarti kematiannya sangat baru terjadi. Bisa kemarin setelah ia mengantar Zyan dan Hafiz sampai ke vila, malam hari, atau subuh tadi. Dari pistol yang ada di tangannya, Zayra pun berpikir sama dengan warga lainnya bahwa Bian bunuh diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Roman pour Adolescents(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...