Three

687 45 7
                                    

"Wanita bijak fokus memperbaiki kekurangannya ketimbang menyombongkan kelebihannya."

~Aydrus Ali Haeddad~

8 June~

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ali menggosokkan handuk pada rambutnya yang masih basah. Langkahnya keluar dari kamar mandi terhenti saat matanya berhasil mendapati Sang Adik membongkar seisi kamar. Cowok itu mengeryitkan dahi, tidak biasnya Aisyah memberantakkan kamarnya. Ia mendapati julukan penghuni rumah paling rapi dan pandai berberes rumah.

"Syah, ngapain?" tanya Ali sambil bersandar di pintu kamar Aisyah.

Aisyah memijat keningnya setelah melirik kolong ranjang, "Duh, Kak ... Gimana ini ..."

Ali menautkan alis, "Gimana apanya?"

"Buku Aisy ilang, Kak! Duh, besok pagi udah harus berangkat lomba. Pelajaran terakhirnya belum dipelajarin. Gimana, nih ..." Aisyah menggaruk kepalanya.

"Kok, bisa sampai hilang gitu? Keselip, kali. Mau dibantu cariin?" tanya Ali.

Aisyah menggeleng, "Nggak perlu, Kak. Udah Aisy cari-cari tetap gak ketemu. Aisy mikir, sih, ketinggalan di perpustakaan waktu buru-buru bantuin orang sakit,"

"Oh, kalo gitu Kakak ambilin. Buku apa?" tanya Ali lagi.

Mata Aisyah berbinar, "Serius, Kak? Udah malem begini?"

"Iya, gapapa. Bukunya apa?"

"Buku Fisika, ada sampul nama Aisy di bukunya. Beneran gapapa, Kak? Aisy temenin, ya?"

"Eh, enggak usah. Malah kalo ada kamu, Kakak gak bisa tenang. Gak perlu keluar malem-malem." ujar Ali. Pantang baginya untuk membiarkan perempuan keluar malam-malam.

"Tapi Kak Ali tau di mana letak perpustakaannya?" tanya Aisyah.

Ali tersenyum, "Ya, iyalah. Kak Ali alumni di sana, kali, Syah. Setidaknya tata letak perpustakaannya tidak diubah, tetap seperti dulu. Di samping tangga?"

Aisyah mengangguk, "Gak diubah, kok,"

"Ya, Udah, kamu tidur aja. Anak cewek gak baik tidur larut malem," ujar Ali sembari melangkah keluar dari kamar Aisyah.

Aisyah melirik pada jam dinding. 19.20 WIB. "Larut dari mana, sih ..."

Ddrrtt ... Dddrtt ...

Aisyah menoleh pada handphone yang bergetar di atas meja. Matanya mendapati Nama Syafana yang memanggil. Sebuah senyuman tipis terukir pada wajah cantiknya. Ia mengangkatnya sembari meletakkan beberapa perabotan kamar yang tadinya berantakan.

"Halo, Assalamu'alaikum," salam Aisyah sambil menggantungkan jaket yang jatuh ke belakang pintu.

'Wa'alaikum salam. Eh, Syah, lo lagi ngapain?' tanya Syafa.

Baru saja Aisyah hendak menjawab, telinganya mendengar suara klakson mobil yang pasti dibunyikan Syafa karena kesal akan kendaraan di depannya.

"... Lagi ngeberesin kamar," jawab Aisyah, "Kamu lagi di jalan?"

'Iya, nih, baru pulang dari rumah Umi Sarah. Biasa, arisan keluarga, wajib ngumpul semua ... Ah, tuh, mobil di depan rese' banget, sih! Sen-nya ke kanan, eh, dia malah belok kiri!' gerutu Syafa.

"Kalo lagi nyetir gak usah nelpon, Kak. Bahaya," ujar Aisyah.

'Gapapa, Syah. Gue fokus, kok. Lagian ini mau masuk jalanan yang kanan kirinya kuburan itu, lho. Yang dekat sekolah kita. Makanya gue telpon elo,' ujar Syafa.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang