Twenty-Four

450 45 7
                                    

"Bunga mawar itu lambang dari keindahan serta keberanian dari warna merahnya,"

~Yumi~

14 Oktober

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~16.45 WIB~

Aisyah terlihat celingak celinguk, memperhatikan beberapa bahan makanan yang tertera di dapur vila itu. Membuka kulkas putih dan mengembangkan sebelah pipi kanannya. Rasanya jiwa masaknya ingin sekali mengubah bahan-bahan itu menjadi suatu cemilan.

"Bahan-bahan di sini boleh digunakan, gak, ya?" gumam Aisyah bertanya.

"Boleh,"

Aisyah mendongak, menolehkan kepala dan menemukan perempuan atas suara yang menyahut tadi dengan senyumnya.

"Kak Nau?" gumam Aisyah, lalu membalas senyuman.

Naurra menoleh sebentar pada bahan-bahan di atas meja dapur, "Alfa bilang kita menyewa satu vila ini, termasuk dengan isi-isinya yang boleh digunakan. Dan bahan makanan itu juga pasti disiapkan oleh pemilik vila agar kita bisa memasak,"

"Wah, Alhamdulillah," ucap Aisyah.

"Kamu mau masak apa, Syah? Kak Nau ikutan, dong," ujar Naurra.

"Hm," Aisyah tampak berpikir, "Ada pisang, sama sayuran ... Gimana kalo bikin dua macam? Pisang goreng sama bakwan sayur,"

"Wah, boleh. Cocok untuk sore hari, apalagi di luar mendung. Kayaknya mau hujan," dukung Naurra.

Aisyah mengangguk. Kedua gadis itu mulai memasak dengan membagi tugas tanpa instruksi karena sudah tau apa yang mesti dilakukan. Selingan obrolan kecil pun tentu terjadi menemani. Keduanya memang telah menjadi teman akrab Sang Dapur daam hal mengolah makanan.

"Oy,"

"Astaghfirullah!" kaget Naurra membalikkan badan, sedangkan Aisyah yang tidak kaget hanya tersenyum geli.

Cowok yang mengagetkan itu, menaikkan sebelah alisnya, "Masak apa?"

"Aydrus! Lo mau ketusuk piso, hah?" oceh Naurra greget.

"Ya, maaf. Gue gak ngagetin, lo yang kagetan," cuek Ali, namun berwajah ramah pada Sang Adik, "Masak apa, Syah?"

"Pisang goreng sama bakwan sayur, Kak," jawab Aisyah.

"Ada jagung, nih," gumam Ali sembari memegang sayur kuning tersebut, "Tambahin ke bakwan, gih,"

"Sini, Kak," pinta Aisyah yang siap menyisir jagung tersebut.

Ali memberikan jagung itu pada Aisyah, "Minumnya?"

"Eh, minumnya ..." Naurra tampak berpikir, "Apa, ya ...?"

Ali melirik pada rempah-rempah di sebuah bakul, "Wedang jahe, mau gak?"

"Wah, iya. Anget-anget, cocok banget," senyum Naurra.

Aisyah mengangguk, "Iya,"

Ali mengambil sebuah jahe, "Gue yang bikin,"

"Wah, gue lupa kalo kita nyimpan dua chef dari Oman Cafe. Ya, gak, Aisyah." Naurra menaik-turunkan alisnya.

"Tugas cewek masak, lah. Gue sama Kak Haf nyantai," kilah Ali.

"Masakan kami, kan, gak seenak masakan elo sama Kak Haf," ujar Naurra sembari memotong daun bawang.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang