Ten

514 39 2
                                    

"Aku tidak dapat berjanji untuk memperbaiki semua masalahmu, tetapi aku bisa berjanji kamu tidak akan menghadapi semuanya sendirian,"

~Alfazhar Farisi~

14 Juli

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~11.00 WIB~

"Si Zyan lama beli batu es-nya," ujar Alfa, lalu memberikan tisu pada Hafiz.

"Syuqron," ucap Hafiz, lalu mengambil tisu yang diberikan Alfa, dan mengelap sisa darah yang keluar dari hidungnya.

"Darahnya banyak juga. Abis lima tisu, nih," kata Alfa sembari melirik pada bekas tisu yang memerah.

Hafiz menghela napas. Matahari belum setonggak kepala. Belum pula setengah hari ia berada di kampus namun ia sudah berbaring di UKS saja.

"Dasar ..." gumam Hafiz, lalu menghela napas.

🌼🌼🌼

~Flashback On~

~09.21 WIB~

Brak!

"Pokoknya gue ikut!"

Hafiz dan Alfa spheecless akan gebrakan  sohib seperjuruan yang mengundang lirikan berpasang-pasang mata di kantin kampus itu. Ingin sekali rasanya Alfa menggantung tubuh cowok di depannya itu, pada tiang bendera depan kampus. Biar saja ia menjadi pajangan serta ajang ambil gambar orang-orang yang lewat. Sebaliknya dengan Hafiz. Ingin sekali cowok itu mendorongnya ke danau tepi kampus.

~Zyan Burrak Arnold~Kedokteran~

"Tumpah ..." ratap Hafiz pada kuah bakso yang tumpah gara-gara gebrakan itu. Padahal kuah itu sudah di-modification sedemikian rasa agar ia bisa menikmatinya di bagian akhir makan.

"Lo pada mau kemping ke puncak? Lo pada kagak ngajak-ngajak gue? Gila badas, Man! Lo pada kayak kacang lupa sama kulitnya!" seru Zyan.

"Eh, suara lo kayak toa masjid, tau gak?" Alfa mengerlingkan mata.

Hafiz menghela napas, "Kalo mau ikut, ya, ikut aja,"

Mata Zyan berbinar, lalu sekali lagi menggebrak meja senang, "Serius?!"

"Iyaaa! Astaghfirullahaladzim! Lama-lama gue lakban juga mulut elo," greget Alfa.

Zyan bersorak senang, kembali menarik perhatian setiap pasang mata orang-orang di kantin itu. Alfa membuang wajah ke dinding. sedangkan Hafiz menepuk pelan jidatnya. Kenapa jadi mereka berdua yang mengambil alih malu Zyan? Seharusnya cowok itu yang malu karena dia yang bertingkah layaknya anak kecil. Tapi, tentu saja jika Zyan tidak hadir satu hari saja, terasa sepi satu kampus.

"Konglomerat bahlul," gumam Alfa.

"Mau balik, gak?" tanya Hafiz yang sudah berdiri duluan.

"Ayo, deh. Zyan yang bayar," ucap Alfa sembari merangkul Hafiz.

"Eh, eh? Kok, gue? Woi, dua Kutu Kupret!" seru Zyan ketika kedua sohibnya itu beranjak pergi duluan.

"Karena lo udah bikin kuah bakso gue tumpah," ucap Hafiz.

"Yaelah, Haf. Lo ngeratapin kuah bakso kayak ngeratapin nasib gue jomblo aja," Zyan mengerlingkan mata.

"Kalo gitu, karena lo udah ngegebrak meja dan bikin kita malu sekantin," tambah Alfa.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang