Eleven

501 39 2
                                    

"Udah, gapapa. Kekalahan, kan, enggak selamanya. Dari kekalahan juga bisa dijadikan pelajaran dan pengalaman."

~Aisyah Hilwa Haeddad~

_19 Juli

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Zayra melirik pada jam putih yang melingkari pergelangan tangan kanannya. Gadis itu menghela napas. Menunggu merupakan pekerjaan yang mengesalkan baginya, namun ia juga sering membuat orang lain menunggu karena pekerjaannya.

Grep!

"Zayra!"

Gadis yang dipanggil itu menoleh kaget ketika seorang perempuan merangkul dirinya bersahabat. "A-Aqila?"

"Qila aja," ucap perempuan itu.

"Oke, Qila," sahut Zayra.

"Mau ke mana? Tumben gak keliatan bareng tiga lainnya?" mata Qila melirik ke kanan dan kiri.

"Nau gak hadir, Sandra ada kerjaan, Irra mau bantu Bundanya bikin cake," ujar Zayra.

"Lo sendiri?" tanya Qila.

Zayra menghela napas, lalu duduk pada anak tangga putih itu, "Entahlah. Gue kira bakal ke kamp pelatihan karate, tapi tiba-tiba diliburin dulu. Jadi nganggur banget,"

"Hm, ke mana, kek," gumam Qila, "Jalan, yuk? Kelas gue udah selesai,"

"Ke mana?"

"Makan, cari kafe-kafe aja," ujar Qila.

Zayra tampak berpikir, "Oman aja,"

"Oman? Mau ke kafe doang harus naik pesawat luar negeri dulu, gitu?" kekeh Qila.

"Ih, bukan. Nama kafenya itu Oman Cafe. Tempatnya enak, makanannya juga. Pemiliknya masih satu kampus sama kita," jelas Zayra.

"Wah, boleh. Dari namanya kayaknya ala Timur Tengah gitu, ya?" tanya Qila.

"Enggak juga. Namanya doang. Makanannya ala kafe aja. Mungkin ada beberapa ala Timur Tengah," jawab Zayra, "Pokoknya recomended, deh, buat ngerjain tugas ke sana. Adem anyem,"

"Wah, wah. Boleh, tuh? Ayo, kenalin sama tempat-tempat rekomendasi elo. Gue, kan, baru di sini," ajak Qila sambil menarik tangan Zayra.

"Kayanya di depan sana gak ada angkot mangkal, deh," ujar Zayra dengan mata melirik pada tempat pangkalan angkutan umum.

"Emang tempatnya jauh?" tanya Qila.

"Enggak juga, tempatnya strategis, dekat sama semua tempat. Tapi kalo mau jalan dari gedung ini, kaki bakal pegel," sahut Zayra. Hah, dia sudah terlalu sering diajak jalan oleh Naurra, Irra, dan Sandra. Tapi ia selalu menolak dengan alasan capek. Tentu saja akhirnya mereka ikut dengan Zayra naik angkot atau memesan taksi online.

"Atau kita pesen taksi online saja, ya," guman Zayra sambil mengeluarkan handphone-nya.

"Ngapain? Gue bawa mobil," ucap Qila sembari menunjukkan sebuah kunci yang tergantung di jemari manisnya.

"Kenapa gak bilang dari tadi, sih, Qil?" entah mengapa, Zayra greget. Qila hanya tertawa.

"Lo jadi tour guide, ya!"

🌼🌼🌼

Ting!

Mata Syafa melirik kanan dan kiri, mencari sesosok perempuan yang sudah menunggunya di Oman Cafe. Di bagian pojok kanan, perempuan yang dicari itu melambaikan tangan sambil tersenyum.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang