Sixteen

459 45 8
                                    

"Sakit itu nikmat. Di saat sakitlah dosa-disa kita dilebur. Di saat sakit pula derajat kita meningkat. Dan saat sakit pun memberi pelajaran untuk selalu sabar,"

~Aisyah Heelwa Haeddad~

15 Agustus

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Zayra mengeryitkan alis tebalnya. Membaca daftar list yang cukup banyak dan tiap katanya menyambung seperti tulisan dokter. Untung ia masuk ke dalam jurusan Farmasi, jadi matanya dapat membaca setiap kalimat itu dengan cukup mudah walau harus dieja ulang.

"Apa lagi ..." gumam Zayra sembari mendorong troli.

Hafiz datang menghampiri. Mengeryitkan dahi heran karena keranjang troli itu hampir full, "Emang Tante Fira ada pesanan banyak banget, ya?"

"Iya. Besok langganannya ada acara besar-besaran, jadi pesan kuenya banyak. Hampir sepuluh malah," ujar Zayra sambil membaca list belanjaan, "Eh, ini apa bacanya, Haf?"

Zayra menggeleng, "Eh, ini bacanya apa?"

Hafiz melirik pada kertas yang disodorkan Zayra, "Strawberry,"

"Tulisan mama kek cacing kepanasan," kekeh Zayra.

"Ntar gue ambilin," ujar Hafiz sembari berlalu.

Zayra hanya mengangguk sembari membaca ulang list yang diberikan Mama Fira. Siapa tau ada yang tertinggal.

"Udah semua," gumam Zayra, lalu mendongak ke depan, "Ke kasir aja duluan. Paling Haf nalar kalo gue ke sana,"

Zayra mendorong perlahan troli sambil melirik-lirik rak cokelat di sampingnya. Ah, sayang sekali, Si Maniak Cokelat itu tidak membawa cukup uang untuk membeli sebuah cokelat. Ia kira pun uangnya di tas selempang mininya masih bersisa.

"Cokelat ..." gumam Zayra dengan memajukan bibir, kesal karena tidak bisa membelinya.

Mata Zayra melirik ketika sebuah tangan memasukkan tiga buah cokelat berukuran sedang ke troli.

"Haf? Lo beli cokelat?" tanya Zayra  ketika mendapati wajah Hafiz yang menaruh tiga buah cokelat itu ke troli.

Hafiz tersenyum, "Ya. Nitip aja dulu,"

Zayra mengembangkan pipi kanannya, lalu membuang wajah, "Iya,"

Hafiz menaikkan sebelah alisnya, "Biar gue yang dorong,"

"Gak usah, gue saja," ucap Zayra.

"Gapapa. Belanjaan lo cukup banyak, tar berat," sahut Hafiz.

"Enggak, kok. Enteng ini, mah," ujar Zayra.

Hafiz menghela napas, "Baiklah,"

Zayra mendorong troli ke antrian kasir. Beruntung kasir tidak terlalu ramai sehingga ia langsung mendapat pelayanan dari kasir. Matanya celingak celinguk melihat sekitar. Detik kemudian, bibirnya tertarik lebar ketika mendapati beberapa orang yang ia kenal berkumpul di luar area supermarket.

"Umiiiii!" teriak Zayra, membuat Hafiz mengeryit heran dan membuat berpasang-pasang mata melihat ke arahnya.

"Zay?" tanya Hafiz.

Gadis itu berlari tiba-tiba, meninggalkan belanjaan yang kini sedang dibungkusi plastik oleh pegawai kasir. Hafiz yang memanggil pun tak didengar oleh gadis itu.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang