Epilog

609 50 11
                                    

"Ceria secerah matahari,"

~Abdurrzyehab Hafiz~

25_April

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ali memasukkan botol air mineral ke dalam tas hitamnya, lalu melirik lagi pada perlengkapan yang sudah disiapkan oleh adiknya, Aisyah.

"Ali," panggil Umi Ahya.

"Ya, Um?" Ali membalikkan badan.

Umi Ahya tersenyum. "Jaga diri baik-baik, ya? Kerja boleh, tapi jangan berlebihan, apalagi sampe sakit. Abis dari Bogor kamu bakal ke Bandung, ntar dua minggu lagi bakal ke Kalimantan. Jaga kesehatan yang benar,"

Ali tersenyum. Ia memang mendapat panggilan perform yang kian memadat hingga ke jenjang perkotaan. Memang itu harus membuatnya meninggalkan rumah serta menjalankan tugas kampus secara online. Tapi hal itu membuat dirinya bisa memperbaiki ekonomi yang tadinya serba kurang kini menjadi lebih dari cukup.

"Ya, Um. Ali bakal inget semuanya," ucap Ali.

"Jangan lupa sholatnya juga, Kak Ali," ujar Aisyah, lalu memberikan smartwach milik Ali.

Ali mengambil smartwach itu, lalu mengelus kepala Aisyah, "Iya, Syah. Jaga umi sama Shela, ya? Jaga Oman Cafe juga,"

"Siap, Pak Bos!" kekeh Aisyah.

"Kak Ali bakal lama, dong? Shela bakal kesepian," wajah Shela terlihat cemberut.

Ali tertawa, "Nggak, kok. Kak Ali cuma tiga hari doang,"

Ali menyalami tangan Umi Ahya, begitu pun dengan Aisyah kepada Ali. Cowok itu keluar dari rumahnya, berjalan menuju taksi yang baru saja datang untuk menjemputnya dan mengantarkan ke bandara.

"Manusia Muffin!"

Ali menoleh, melihat pada seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Syafana?

Ah, tentu Ali tidak lupa jika gadis itulah point penting yang membuat Ali menjadi seperti sekarang. Jika Syafa tidak meng-upload video Ali, cowok itu mungkin tidak akan setenar sekarang. Dan Syafa adalah satu-satunya gadis yang menemaninya dalam mengarang berbagai macam lirik lagu. Selain itu, Syafa juga membantu mengoreksinya sebelum Ali memberikannya pada Nevan untuk diserahkan kepada Indah atau Beta. Dan semua itu untuk keperluan rekaman.

"Ada apa?" tanya Ali.

Syafa tersenyum. Memang sifat cuek Ali tidak bisa diubah, ya? Tapi setidaknya ada rasa perhatian yang cowok itu berikan. Dan setidaknya, mereka lebih dekat dari sebelumnya.

"Ada yang ketinggalan!" seru Syafa.

Aku mengeryit. Ia yakin tidak ada yang tertinggal setelah mengecek dua kali. "Apa?"

Syafa merogoh saku bajunya. Ia mengeryit, sepertinya tidak menemukan apa yang dicari.

Sret!

"Nih, ketinggalan!" seru Syafa sembari mengeluarkan tangan kosongnya, hanya mengapit jemari telunjuk dengan jempol menjadi seperti orang yang akan menyebut, "Duit, duit,"

Ali mengeryit, "Apa itu?"

Syafa menghela napas. Sepertinya Ali tidak mengerti trend,

"Saranghaeyo!" ucap Syafa.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang