Plus 5 (Sixty-Three)

551 56 9
                                    

"Semoga lelahmu menjadi Lillah,"

~Syafana Aliyya Farisi~

6_Juni

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hah?!

Aisyah mengangguk, "Banyak air, kasur atas juga basah semua!"

"Ketubannya udah pecah?" tanya Zyan.

Alfa tampak pucat pasi. Ia merogoh saku bajunya, melempar kunci mobil kepada Ali secara tergesah-gesah.

"Nyetir, Aydrus! Zyan, bantu gue di belakang!" seru Alfa.

Ting!

Ali menatap tidak percaya. Kini tangannya sudah memegang kunci mobil sedan hitam milik Direktur Dirgantara. Hah, apa hari damainya benar-benar akan lenyap? Tapi sepertinya pikiran itu harus disingkirkan dulu. Sekarang yang terpenting adalah Naurra dan bayinya. Hari itu adalah hari di mana temannya itu akan mempertaruhkan nyawa demi seorang penerus Dirgantara.

Brak!

"Kayak mobil balap," gumam Ali ketika ia sudah duduk di depan kemudi mobil.

"Wah, flashback jadi pembalap?" goda Syafa sembari melihat atribut mobil Alfa yang memang seperti mobil balap.

"He em, jadi joki ambulan's tapinya," gumam Ali.

"Kak Ali, tegang banget?" tanya Syafa dari luar mobil.

"Iyalah. Terakhir kali gue nyetir juga kapan, coba?" hah, kenapa cowok itu jadi nervous? "Syah, titip Oman bareng Bang Nevan, ya?"

Aisyah mengangguk, "Iya,"

Brak!

"Aydrus! Bawa mobilnya hati-hati! Awas lo ngebut! Gue bacok lo hidup-hidup!" oceh Zyara yang panik sembari memasukkan tas Alfa ke dalam mobil.

"Zayra! Gue belum nyetir aja udah tegang mau bawa orang ngelahirin, lo malah bikin gue tambah keringet dingin!" kesal Ali.

"Ntar gue nyusul aja, deh," ujar Zayra.

Ah, lihat itu. Alfa merangkul Naurra yang terlihat kesakitan, sedangkan Zyan seperti memberi instruksi pada ibu hamil itu. Melihat itu, Ali bertambah pucat. Tentu ia gugup menyetir sembari menyembunyikan diri dari publik. Bahkan pikirannya pun teringat semasa Umi Ahya melahirkan Shela dan ayah tirinya malah berbuat kasar pada mereka.

Ah, lupakan.

"A-auuw!" ringis Naurra ketika ia dibantu Alfa masuk ke dalam mobil.

"Astaghfirullah, Naurra ... Bentar, ya? Tahan bentar aja. Kita bakal ke rumah sakit sekarang,"  ujar Alfa, namun ia juga terlihat sangat panik.

"Aydrus, cito! Air ketubannya udah banyak, mungkin udah pembukaan lima atau enam," ucap Zyan menoleh.

"Ya," sahut Ali setelah ia menghidupkan mesin mobil.

Brum!

"Alfaaa!" seru Naurra berkeringat. "Bunda mana? Nau mau ketemu Bunda Ina sama Irra!"

"Iya, iya. Aku telepon bunda, ya?" ucap Alfa sambil mengeluarkan handphone-nya.

"Nau, Nau! Lo gak boleh panik, oke? Jaga pernapasan sebisa mungkin, ya?" tutor Zyan. Di balik kejahilan serta sablengnya, kalau dia sudah menjalankan tugas sebagai calon dokter tentu wibawa serta keseriusannya akan keluar.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang