Twenty-Three

498 43 12
                                    

"Air adalah kehidupan, dan air bersih itu baik untuk kesehatan,"

~Alfazhar Farisi~

8 Oktober

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Saturday, 09.10 WIB~

"Yak! Ayo, kumpul! Kumpul!"

Syafa menguap, mengidahkan seruan Zyan yang semangat itu. Raganya masih sangat mengantuk walau matahari mulai melihatkan sinar paginya. Ia cukup heran melihat Zyan yang begitu semangat dengan mata segarnya mengomando pasukan yang akan melakukan perjalanan darat itu.

"Kita akan melakukan perjalanan cukup jauh sekitar tiga sampe empat jam," ujar Zyan, lalu mendekat pada mobil mini bus pregio bermuatan sepuluh orang itu.

"Gue kira lo bakal bawa alphard," celetuk Alfa.

"Ngaco! Ke pedesaan ini, Bos!" Zyan mengerlingkan mata. "Kita nunggu siapa lagi?"

"Kak Ali doang," sahut Labib.

"Ck! Jangan bilang bocah itu beneran gak ikut?" gerutu Zyan.

"Eh, kemarin lusa udah gue bujuk lagi. Kayaknya dia bakal ikut," ujar Zayra dengan mata setengah mengantuk. Langkahnya memasuki mobil duluan untuk menyegerakan pikirannya yang menyuruh tidur.

"Kayaknya doang," gumam Zyan.

"Kita tunggu bentar lagi," ucap Hafiz yang baru saja mengunci pintu Oman Cafe. "Kalo dia tidak datang, baru kita jalan,"

"Haf?" Alfa menaikkan sebelah alisnya, "Lo udah balik dari Lembang?"

Hafiz mengangguk, "Yeah,"

"Pas lo ke minimarket tadi Haf dateng. Abisnya masuk ke Oman," tutur Zyan.

"Oh, ya? Gimana di Lembang?" tanya Alfa sembari duduk di pojokan teras Oman Cafe.

"Ntar gue ceritain di mobil," sahut Hafiz.

"Ada yang udah coba chat atau call Aydrus?" tanya Naurra setelah menaruh beberapa barang bawaannya ke dalam mobil.

"Udah, tapi kayaknya handphone Kak Ali mati," sahut Labib

... Ngantuk, Syafa berusaha membuka mata yang setengah terpejam itu.

Puk!

Syafa meringis, mengernyit atas sesuatu yang menggelapkan pandangan matanya.

"Tidur sambil berdiri sama aja kek vampir," celetuk seseorang.

Syafa mendongak. Suara orang itu familiar didengar. Tangannya mengambil benda yamg menyangkut di kepalanya, lalu memperhatikan setiap sudut benda putih bernama topi itu.

"Kak Ali?" gumam Syafa ketika menemukan Si Pelaku yang dengan sembarangan sudah menepuk kepalanya itu, berjalan menemui Zyan dan yang lainnya yang sudah menyiapkan bom atom ocehan karena cowok itu terlambat sekali datang ke tempat perjanjian.

Datang, tuh, orang, Syafa mengembangkan pipi kirinya, memperhatikan omelan Zyan kepada Ali yang tentu cuek saja.

"Kak Syafa masih ngantuk?"

Eh?

Syafa menoleh, membelalakkan mata dan tersenyum senang akan senyum manis yang mengembang di sampingnya itu.

"Aisyah?!" seru Syafa, lalu memeluk gadis di sampingnya itu dengan erat. "Kok, di sini?"

Aisyah tersenyum, "Umi nyuruh aku ikut sama Kak Ali,"

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang