Twenty-Two

415 35 5
                                    

"Urusan Anda bukanlah urusan saya. Dan urusan saya bukan urusan Anda,"

~Syafana Aliyya Farisi~

1 Oktober

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ali!"

Baru saja ingin menolehkan kepala atas panggilan namanya, seseorang sudah menabraknya dari belakang. Merangkul dengan suara cempreng serta ocehan tak jelas yang ia lontarkan.

"Woi, Bro! Gak ketemu dua hari gue kangen berat sama elo!" seru Arif tepat di telinga kanan Ali.

"Mulut lo bau," ujar Ali sembari menjauhkan wajah Arif dari dekatnya

"Astaga, gue sikat gigi, kali," ucap Arif, lalu mencium nafasnya dengan bantuan telapak tangan kanannya.

"Mungkin lo pake sikat kloset, Rif," celetuk Rizan yang baru datang bersama Alina yang tertawa.

"Sikat kloset!" tawa Alina.

"Tawanya diminusin, Lin," ujar Ali.

Alina menutup mulut dengan tangannya, "Sorry, sorry,"

"Btw, tumben lo ada mata panda?" tanya Rizan dengan mata memasati.

"Eh, iya. Pangeran Arsi punya mata panda! Ini suatu petaka langkah!" seru Arif.

Pletak! Arif mengelus kepalanya yang dipukul Alina.

"Lo begadang, Al?" tanya Alina acuh tak acuh.

"Begadang?" gumam Ali, lalu mengingat apa yang terjadi semalam.

Flashback°~

~Oman Cafe, 23.15 WIB~

Dua orang pria, berpakaian serba gelap dengan topeng hitam di wajahnya, berjaga-jaga di sekitar seorang temannya yang sibuk dengan sebuah pintu di belakang kafe.

"Cepetan!" bisik pria dengan baju cokelat tua dan kunci inggris di tangannya.

"Sabar! Pintu ini rumit sekali," ujar pria yang memakai baju hitam yang berurusan dengan pintu di depannya.

"Tenang aja, Dre. Gue udah cari tau tentang, nih, kafe. Karyawannya cuma dua. Tadi udah gue intai, kok. Mereka udah pada pulang," ucap pria di sebelahnya.

"Awas lo salah, Yos!" ancam pria yang dipanggil Dre itu.

Ceklek!

"Terbuka!"

"Hei, Bro. Lo langsung ke kasir saja." ucap Yos.

"Di mana kasirnya?" tanya  pria yang dipanggil Bro itu.

"Ck! Ya, dicari, dong! Pasti ada di depan," ujar Yos, "Eh, ada motor,"

"Apa masih ada karyawannya?" tanya Bro.

"Biarin saja. Mungkin mereka sudah terlelap. Lampunya padam semua," ucap Dre. "Hei, motornya minat?"

"Embat aja!" bisik Bro.

"Gue yang bakal berurusan sama motor ini. Lo pade duluan ke dalam," ujar Yos.

"Baiklah,"

Krieeek ...!

Dre, pria dengan topeng hitam dan baju cokelat tua itu, menoleh ketika Bro membuka pelan pintu yang berdecit di samping mereka. Dre tidak peduli, ia berjalan berjinjit ke depan, berjarak dengan kedua rekannya. Menghilang dari pandangan mereka sampai kepada ruangan yang cukup luas dengan beberapa kursi dan meja di sana.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang