Thirty-One

405 35 2
                                    

"Kalo lo beneran serius, harus cepet. Jangan kelamaan mikir, ntar dibabat orang,"

~Dr.Haikal~

_21 November

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~23.45 WIB~

Perlahan, mata berbulu lentik itu terbuka. Silau lampu sebuah kamar berlangit-langit putih menghalangi pandangan mata.

Harum oud ...

"Ugh ..." keluh gadis itu sembari menutup mata dengan punggung tangan.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar?"

Ah, suara siapa ...

Zayra melirik, melihat pada seorang perempuan berhijab hijau muda dengan senyum manis yang menghiasi wajah putihnya

Hally-nyaaa!

Zayra berusaha duduk, namun kepalanya sedikit pusing untuk menopang tubuh sebelum perempuan itu membantunya.

"Syuqron," ucap Zayra.

"Afwan," sahut perempuan itu. Ia berjalan ke arah meja kecil di samping ranjang dan mengambil sebuah gelas berisi air hangat, "Minumlah,"

"Ah ..." gumam Zayra, lalu mengambil gelas yang disodorkan perempuan itu sambil tersenyum.

Kayak siapa, ya? Familiar ...

Perempuan itu tersenyum, lalu duduk di pinggir ranjang. Tangannya mengelus pelan kaki Zayra yang tertutup selimut berbulu putih. Ah, ternyata asal harum oud itu dari selimut tersebut. Nyaman sekali!

"Ah, benar. Kalo sadar cantik sekali," puji perempuan itu.

Eh?

"Siapa namamu?" tanya perempuan itu. Sepertinya ia berumur sekitar tiga puluh lima tahun ke atas.

"Nama saya Zayra Azzahra, Tante. Panggil aja Zayra," sahut Zayra.

Perempuan itu tersenyum, "Kalo saya, panggil aja Tante Aya."

Zayra membalas senyum lembut nan tulus itu, manis sekali!

"Ng ... Enggak, deh. Daripada Tante, lebih cocok Zay panggil Halaty Aya. Soalnya Anda masih terlihat sangat muda," ujar Zayra jujur.

Perempuan itu tersenyum senang, "Ya Allah, gembira hati ini dengernya. Syuqron, Hally,"

Zayra tersenyum dan mengangguk. Baik sekali beliau pada gadis itu sehingga Zayra yang asalnya tak terlalu dapat berbicara dengan orang tua, jadi lebih akrab untuk mengobrol.

"Sebelumnya makasih udah nolongin Zay," ujar Zayra.

Tante Aya menggeleng, "Bukan Halaty yang nolongin kamu, tapi anak Halaty,"

"Anak?" gumam Zayra.

Halaty Aya mengangguk, "Kebetulan anak Halaty lewat di tempat kamu pingsan, Sayang. Jadi dia membawa kamu ke sini karena kamu sendirian."

Ah, iya. Kejadian sebelum ia pingsan begitu mengerikan untuk diingat. Sendirian? Benar pula akan hal itu kaena Fairuz pergi untuk mencari bantuan buat mobilnya yang tiba-tiba mati. Lalu--

"Eh, bajuku?" gumam Zayra ketika melihat baju yang ia gunakan bukanlah baju sebelumnya saat ia keluar dari rumah.

"Maaf kalo Halaty gantiin baju kamu tanpa bilang dulu. Halaty takut kamu masuk angin pake baju basah-basah," ujar Halaty Aya dengan wajah sedikit sedih

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang