"... Ana uhibbuka fillah,"
~Zayra Azzahra~
_19 Mei
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~"Cendrawasih!"
Wah, lihatlah maskot Waisai itu, tengah berteger pada sebuah pohon di Hutan Warkesi Waisai. Beruntung sekali Zayra dapat melihat burung secantik cendrawasih. Bahkan burung itu dikatakan burung surga karena memiliki bulu yang begitu indah.
"Al, apa yang lo ketahui tentang burung cendrawasih?" tanya Zayra berbisik agar tidak membuat burung cantik itu pergi.
"Hm, kalo gak salah cendrawasih itu merupakan anggota dari famili Paradisaeidae dan dari ordo Passeriformes," jawab Alfa.
"Terus, kenapa kita pada kagak boleh mandi sama pake parfum? Insecure sama diri sendiri jadinya," ujar Syafa.
"Cendrawasih itu sensitif terhadap bau, bisa-bisa dia kabur karena penciumannya tajem," sahut Ali.
Hafiz berjalan santai sembari mengecek kamera DSLR milik Syafa ketika gadis itu memintanya untuk memotret cendrawasih dari dekat. Ternyata potret tangannya tidak terlalu buruk atau memang kameranya yang bagus sehingga potret cendrawasih-nya terlihat sangat jelas.
"Ah, you!"
Hafiz mendongak, melihat pada turis perempuan yang tidak sengaja menabrak dirinya kemarin di kafetaria. Viole, jika tidak salah itu namanya. Tampak wajah turis bule itu begitu senang ketika melihat Hafiz.
Hafiz hanya tersenyum dan mengangguk pelan, "Ya,"
"Are you alone? Come on, join us!" ajak Viole tiba-tiba menggandeng tangan Hafiz, mengajak cowok itu agar bergabung dengan Viole dan dua temannya.
Cowok itu mengeryit, melepaskan secara sopan rangkulan tangan Viole darinya
"Sorry, I am with them," sahut Hafiz sembari melirik ke arah rombongannya nan jauh di sana.
"Friend's?" gumam Viole mengeryit.
"Kak Haf! Liat fotonya, dong!" seru Syafa berlari kecil menghampiri.
Hafiz menoleh, menunjukkan hasil jepretannya yang memuaskan bagi Syafa. Gadis tampak senang dengan berbicara mengenai potret yang sempurna itu. Viole tampak mencibir pelan sebelum ia mengajak kedua rekannya untuk pergi menjauh
Hafiz mendongak, lalu menghela napas pelan.
"Tadi Kak Haf ngobrol sama siapa?" tanya Syafa yang masih sibuk dengan hasil gambar.
"Turis," jawab Hafiz.
"Guy's! Ayo jalan lagi!" seru Zyan semangat, membuat dua ekor cendrawasih yang tadinya anteng di salah satu dahan pohon, terbang dengan mengepakkan sayap indahnya.
Matahari kian menampakkan sinarnya, namun tak menyurutkan niat rombongan dari Jakarta itu menjelajahi tempat wisata Waisai. Bahkan Naurra yang tengah hamil lebih dari lima bulan itu terlihat begitu semangat. Biasanya ibu hamil akan cepat lelah berjalan kaki, tapi Naurra malah mengajak untuk jalan kaki lebih jauh. Mungkin karena perutnya terlihat tidak terlalu besar, perempuan itu lebih leluasa untuk berjalan.
"Ih, kembaran Kak Zyan!" seru Zayra tertawa.
Zyan menekuk wajah ketika Zayra menunjuk seekor monyet yang tengah menggaruk badannya, "Dikira mirip?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Roman pour Adolescents(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...