"Nilai seorang lelaki itu bukan terletak pada wajah, tapi cara dia menghormati seorang perempuan,"
~Aydrus Ali Haeddad~
_1 Agustus
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~One Week Later,"
~07.20 WIB~
Hafiz membersihkan sebuah gelas kaca di belakang kasir, lalu meletakkan gelas itu dengan susunan rapi di atas rak. Pagi minggu itu masih sepi dan giliran cowok itu yang membuka Oman Cafe. Sedangkan Ali yang mendapat jatah siang hari, malah berteger ria di meja pojokan yang berupa sofa dan berkutat dengan laptopnya. Saat diusir oleh Hafiz agar ia pulang dan beristirahat, cowok itu ngeles dengan alasan mengerjakan tugas dan ia tidak memiliki kuota untuk membuka internet. Jadi, ia ke Oman untuk nebeng Wi-fi Oman Cafe.
Hafiz menghela napas belum telinganya mendengar suara pintu kaca Oman Cafe yang didorong oleh seorang gadis yang mendekat dengan pipi yang dikembungkan sebelah.
Hafiz menaikkan sebelah alisnya, "Syafa? Pagi banget datengnya,"
"Iya, abis joging sama Labib," sahut Syafa, lalu melipat tangan di atas kaca meja kasir.
"Labibnya mana?" Tanya Hafiz heran, pasalnya matanya tak melihat tanda-tanda kedatangan Labib.
"Gabung sama temen-temennya. Tadi kebetulan ketemu di halte depan," sahut Syafa.
"Oh, pasti lelah," sahut Hafiz, "Mau mesen sesuatu?"
Syafa menggeleng, "Bawa minum, kok,"
Hafiz mengangguk, "Kalo gitu, istirahat saja dulu,"
Syafa diam. Wajahnya menampakkan kebingungan untuk mengatakan sesuatu pada cowok yang sekarang membersihkan piring-piring kecil.
"Anu, Kak Haf," panggil Syafa.
Hafiz menoleh, "Ya?"
"Itu ..." Syafa mengembangkan sebelah pipinya.
Hafiz mengangkat kedua alisnya, "Itu apa?"
Syafa menghela napas, lalu meletakkan handphone dengan casing merah muda itu ke atas kaca meja kasir.
"Dia gak nge-chat selama seminggu," ujar Syafa.
Ah, Hafiz mengerti sekarang. Syafa ingin bilang jika dirinya kalah dalam game yang dibuat Hafiz tempo hari.
Bingo! Batin Hafiz.
Hafiz tersenyum, "Ya sudah, Kak Haf menang,"
Syafa mengeryit, "Syafa kalah, kan? Syafa harus ikutin aturan main. Syafa harus jadi waiters Oman selama tiga hari, kan?"
Oh, ternyata gadis di depan Hafiz itu mengingat hukuman kalahnya. Bahkan Hafiz sendiri tidak ingat jika ada hukuman dalam game buatannya sendiri. Ia membuat game itu hanya sebagai alibi untuk membuktikan sesuatu.
"Gak apa-apa, Kak Haf gak nuntut kamu jadi waiters beneran, kok," kekeh Hafiz.
Syafa mengeryit, "Gak! Syafa kalah, harus jadi waiters. Gak boleh curang,"
"Baiklah kalo kamu memaksa," sahut Hafiz pada akhirnya. Setidaknya ia melihat jiwa adil dan tanggung jawab di diri Syafa.
Syafa menghela napas, "Tiga hari, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Novela Juvenil(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...