Eighteen

442 43 7
                                    

"Gak perlu mikirin apa yang gak harus dipikirkan,"

~Abdurzyehab Hafiz~

26 Agustus

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Al! Alfa!"

Alfa membalikkan badan, menangkap sosok Zayra yang berlari kecil sembari membopong tas dukung di pundaknya.

"Kenapa, Zay?" tanya Alfa.

Zayra mengernyit. Tumben, tidak biasanya Alfa berkata dengan lesu seperti itu. Dari wajahnya saja terlihat tidak bergairah sama sekali. Biasanya jika ketemu pasti Sang Sepupu akan mengejek atau berbincang dengan nada santai atau ceria biasa.

"Lo mau ke Dirgantara?" tanya Zayra.

"Nggak, ke rumah sakit," jawab Alfa singkat sembari menekan kunci mobil.

"Nah, bagus. Gue ikut, mau nemuin Abi," ujar Zayra.

"Hm, ya udah," sahut Alfa, lalu membuka pintu mobil.

Brak!

Zayra memasang sabuk pengaman. Aneh sekali, ada apa dengan sepupu calon Direktur Dirgantara itu? Terlihat lesu sekali. Apa ia belum mengkonsumsi cabai agar mulutnya kembali pedas menjahili Zayra?

Zayra mengernyitkan mata pada jaket yang dipakai Alfa.

"Sekarang suhunya hampir tiga puluh lima derajat, tapi lo malah pake jaket. Gak gerah?" tanya Zayra yang bahkan dirinya sendiri pun gerah hanya karena melihat Alfa menggunakan jaket di hari yang panas.

"Masa?" tanya Alfa acuh tak acuh.

Zayra berdecak, "Btw, Nau ke mana? Kok, gak hadir?"

"Ah, dia ... Kecapekan," jawab Alfa sedikit ragu, "Di rumah bakal ada tamu, jadi dia harus beres-beres sama masak,"

"Oh, begitu," Zayra mengangguk-angguk mengerti. "Tumben gak bareng Kak Zyan sama Haf,"

"Zyan tadi dipanggil dosen, kalo Haf udah pulang duluan dari tadi," jawab Alfa, lalu menekan klakson mobil ketika mobil di depan mereka tak bergerak setelah lampu hijau.

🌼🌼🌼

"Minum dulu, Syah,"

Aisyah mengangguk, mengambil gelas berisikan air putih yang disodorkan gadis bercelemek merah di depannya.

Syafa mengulum senyum. Kejadian yang baru saja dialami Aisyah pasti membuat gadis pemilik wajah lugu itu trauma. Tentu saja, Aisyah bukanlah seperti perempuan lain yang bisa langsung lari atau berteriak bila terancam dengan kejahatan. Aisyah merupakan gadis yang sangat lemah lembut, lugu, polos, dan tentu saja ia tidak berani melakukan itu. Sebelum melakukannya saja ia sudah pasti gemetar.

Tapi jika Syafa yang menjadi Aisyah, beda lagi kelanjutannya. Tentu Syafa akan mencari akal walau berteriak tentu tidak mungkin bila sebilah pisau perak sudah di ujung pinggang, itu sangat membahayakan nyawa. Kemungkinan Syafa akan bergerak gesit menghindari dan menjauhi penjahat itu agar dia tidak memiliki kesempatan untuk melukai. Persis apa yang dilakukan Hafiz, menarik secara mendadak Aisyah agar turun dari bus. Jeniusnya, Hafiz belum turun dari bus walau sudah membayar. Ia mukai turun ketika bus mulai bergerak, baru ia menarik Aisyah agar tiada celah bagi penjahat itu untuk mengikuti. Yeah, jika penjahat itu masih mengikuti, sih, mungkin ia akan digrebek massal oleh masyarakat setempat.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang