Forty-Six

384 44 5
                                    

"Rasa itu lama-lama ngembang kayak balon. Kalo udah makin besar bakal meledak jadi cinta,"

~Dr. Haikal~

_4 Februari

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Senin, 08.00 WIB~

Lihat angkot itu, sudah marah-marah tidak jelas, bawa penumpang seperti buroq, lagunya ala-ala DJ pula. Bagaimana Syafa tidak pusing? Lebih baik dia turun dari angkot itu. Hah, telinganya bisa meledak jika naik kendaraan umum yang memutar musik metal atau pun ala DJ.

Syafa menarik tasnya, menelusuri tapak jalanan secara perlahan sembari memutar otak. Gadis itu mengembangkan sebelah pipinya. Malam minggu kemarin, tragedi di Oman Cafe tidak bisa ia lupakan dari benaknya. Ingin ia bertanya kenapa Amar sampai melukai bahkan mengobrak abrik kafe itu. Namun gadis itu belum bertemu Ali atau pun Hafiz sejak malam itu. Hah, jangan ditanya kenapa tidak chat saja, jawaban Ali tentu hanya satu kata, "Bawel,"

Tanya sama Zayra? Tentu sudah. Minggu sore kebetulan gadis karateka itu berkunjung ke rumah untuk mengantarkan masakan dari Mama Fira. Baru saja ia menanyakan siapa Amar, gadis karateka itu langsung menyela dengan mulut bak ember bocornya.

'Eh, jangan mentang-mentang dia ganteng lo jadi naksir, ya! Gue gak redho lahir batin, gak sudi, gak rela kalo lo sampe deket-deket sama dia!"

Syafa speechless, "Nggak, gue cuma nanya dia itu siapa, etdah,"

Zayra menyilangkan tangan di depan dada, "Dia itu mantan pacarnya Nau. Duluuu! Eh, Si Nau udah baik-baik malah diselingkuhin, dicampakin. Pokoknya dia playboy cap kakap! Ih, gue masih greget ingetnya,"

Syafa menaikkan sebelah alisnya. Tentu ia tau jika Amar bukan orang baik-baik sejak kejadian Alina waktu itu. Yakali, Alina pingsan gak ditolongin? Malah Ali bela-belain datang, pake acara raut wajah cemas. Ditambah Rizan dan Arif yang kelihatan murka banget sama Si Amar. Ah, ditambah kejadian Oman Cafe malam lalu. Fiks, Amar bukanlah orang baik-baik dan Syafa harus mengikuti ujaran Hafiz dan Zayra untuk tidak dekat-dekat dengannya.

Srek!

Eh? Syafa mengangkat kedua alisnya ketika melihat seorang ibu-ibu paruh baya yang baru saja kejatuhan sayuran serta buah-buahan akibat kresek yang tipis. Jeruk nipis dari kantong itu pun berserakan, bahkan salah satu darinya menggelinding menyentuh sepatu Syafa.

"Saya bantu, Bu," ujar Syafa tersenyum.

"Eh, makasih banyak, lho," senyum beliau.

Syafa mengambil sayuran yang terserak, lalu kembali memasukkannya ke dalam kantong satunya.

Srek!

Astaghfirullah ... Syafa speechless. Kresek satunya malah robek lagi.

🌼🌼🌼

"Ayolah! Ayolaaah!"

Jika bisa mengeluarkan asap, mungkin sedari lama kepala Hafiz sudah mengeluarkannya. Sejak lama Haikal selalu menjodohkan dirinya dengan Zayra. Tak tabu sudah dibilang jika teman-temannya juga begitu, namun kenapa Haikal malah seperti anak kecil yang kehilangan permennya? Begitu menginginkan Zayra dan Hafiz bersatu.

"Haikaaal!" Hafiz menghela napas. "Gila, lo nyuruh gue jadi sama gadis yang bakal di-ta'aruf oleh orang lain?"

"Sebelum janur kuning melengkung, lo masih punya banyak kesempatan," racau Haikal.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang