Thirty-Five

388 45 8
                                    

"Gue suka sama orang yang punya kemampuan tapi gak heboh-heboh amat,"

~Nevan~

_13 Desember

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kak Hafiz ada kerjaan? Boleh minta tolong beli lada dan garam? Oh, juga butter, ovalet, whipping cream, dan pasta merah," ujar Naurra.

Hafiz tersenyum kaku. Apa yang baru saja Naurra katakan? Cowok itu seakan-akan mendengar soal ujian mematikan. Oman Cafe berdiri pun sebagian besar dari resep Umi Soraya atau pun racikan tangan dari Ali, dan Hafiz pun belajar dari adik tingkatnya itu. Lalu bagaimana dokter muda itu bisa mengenal tentang nama-nama yang disebutkan Naurra barusan? Oke untuk lada dan garam saja, tapi sepertinya definisi rhabdomyosarcoma cancer dan latin kedokteran lainnya lebih mudah dijelaskan dibandingkan dengan apa yang disebutkan gadis itu barusan.

"Lebih baik kamu ikut saja, nanti aku temani," ujar Hafiz sembari berdiri dari pekerjaannya menajamkan tusuk sate. Yeah, daripada ia berkutat dengan bahan-bahan itu selama sejam, lebih baik bawa ahlinya sekalian.

Rencana Zyan untuk mengadakan pesta kecil-kecilan sebagai reuni itu disambut baik oleh yang lainnya. Dalam keadaan mendadak itu, Naurra dan Alfa tidak mungkin menolak permintaan teman-temannya yang sudah lama tidak berkumpul. Bahkan Alfa meminta cuti pada hari itu untuk mengikuti barbeque yang diadakan Si Berisik Zyan.

"Ih, kayaknya gue salah potong, ya?" tanya Zayra.

"Gini, nih, Zay. Tipis-tipis, biar dagingnya mudah dipanggang dan bumbunya meresap," Irra memberikan contoh memotong yang lebih baik daripada potongan Zayra. Setidaknya kakak dari Naurra itu sama-sama mempunyai kemampuan memasak menurun dari Bunda Ina.

"Nih, Zay," ucap Alfa yang datang dengan sekantong orange juice, "Orange semua, kan?"

"Iyaaa!"

"Alhamdulillah, ada rejeki," ucap Sandra sembari mengambil sebotol orange juice itu, lalu meminumnya.

"Kok, asem?" tanya Irra.

"Iya, kah? Punya gue manis ... Tambah gula aja," sahut Alfa, "Btw, Naurra mana?"

"Beli lada sama garem, katanya bumbu dapur abis," jawab Sandra.

Alfa mengernyit, "Ah, ya ... Belum belanja bulanan,"

"Tadi Nau beli bumbu dapur sama siapa?" tanya Zayra.

"Nah, gak tau," sahut Irra.

"Gak sendirian, kan?" tanya Alfa was-was.

"Kayaknya sama Kak Zyan, deh ..." gumam Zayra, "Ntar gue liat ke depan,"

🌼🌼🌼

~10.30 WIB~

[Kalo gak ada kerjaan, bantu Bang Nevan sama Bu Ning prepare pesanan, ya]
[Ali, 05.00 WIB]

Syafa keder. Tangannya mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan itu. Ah, bagaimana dirinya bisa tertidur kembali setelah shalat subuh, sih? Bahkan tidak mengecek handphone. Alhasil chat dari Ali sejak subuh tadi malah gadis itu abaikan dan lebih memilih bermesraan dengan kasur tercinta.

"Labiiib! Anterin gue ke Oman pake mobil Abi sekarang!" seru Syafa yang menuruni anak tangga menuju ruang tengah, di mana sofa di sana digunakan Sang Adik untuk tiduran dan menonton tv.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang