Forty-Seven

423 48 3
                                    

"Tidak perlu orang lain hormat untuk menjadi kebanggaan bahwa dirinya seorang yang tinggi hanya karena dilihat dari jas serta pangkat."

~Alfazhar Farisi~

_10 Februari

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~One Month Later ~

~Oman Cafe, 09.00 WIB~

"Hah?" Ali mengeryitkan dahi.

"Beneran?!" mata Syafa berbinar.

Hafiz hanya menatap heran dengan tangan mengusap pelan pipinya.

Nevan mengangguk, "Yup! Hamsternya mau gue titip di Oman,"

Syafa bersorak senang. Ingat ketika ia menemukan tiga hamster kecil nan imut bersama Ali di taman tempo hari? Bu Ning membawanya pulang karena gadis itu tidak bisa memeliharanya, dan Ali juga menolak. Ternyata Nevan merawatnya dengan baik sampai hamster-hamster itu terlihat gemuk. Dan kini dia membawanya ke Oman dengan alasan tidak ada yang akan menjaga dan memberinya makan saat ia pulang kampung bersama Bu Ning.

"Hamster di kafe," gumam Hafiz, "Apa di antara kalian berdua tidak ada yang mau pelihara di rumah?"

Syafa menggeleng, "Mama Hafsah ngelarang pelihara hewan. Kalo boleh, mah, udah dari dulu gue sama Labib pelihara hewan kek kucing,"

Hafiz melirik pada Ali, namun cowok yang diliriknya itu menggelengkan kepalanya juga.

"Gue gak yakin umur, nih, curut sampe tiga hari kalo di rumah gue ada Shela," ujar Ali.

Hafiz speechless. Yeah, namanya anak kecil pasti suka dengan hal-hal menggemaskan seperti hamster. Tapi ada juga anak kecil yang saking gemasnya pada hewan malah membahayakan hewan tersebut.

"Lo sendiri, Haf?" tanya Nevan.

Syafa mengeryit, "Yakin? Kak Haf aja udah ngejauh tiga langkah dari hamsternya,"

Astaga, celetukan Syafa membuat Nevan tertawa dan Ali tersenyum geli. Yeah, bukannya takut pada hewan kecil, imut, dan menggemaskan itu, Hafiz pun mengakui jika hamster-hamster itu lucu. Tapi ketika melihat lebih teliti, kenapa gigi-gigi mereka seperti ingin mengunyah tubuhnya? Matanya juga seakan-akan menatap dengan mengintimidasi dirinya. Entahlah, bagi Hafiz geli untuk berdekatan dengan hewan mungil itu.

"Alergi bulunya," ucap Hafiz. Ah, poin tambahan jika ia mencium bau hamster maka hidungnya akan gatal

"Kayak Kak Alfa, alergi bulu kucing," gumam Syafa.

Ali mendongak, "Lo pulang kampung berapa lama? Minggu depan udah kompetisi,"

"Tenang aja, sebelum lo kompetisi gue udah balik, kok. Tau gue lo masih butuh bimbingan, apalagi waktu hari H mau daftar ini-itu, bakal ribet soalnya lo masuk, kan, langsung," sahut Nevan, "Lagian kagak enak gue ninggalin Oman Cafe lama-lama,"

Hafiz tersenyum, "Gapapa, kok, santai. Yang penting gak lupa oleh-oleh,"

"Gue bawain bebek ntar," sahut Nevan, "Udah, ah. Gue duluan, ya? Bu Ning udah nunggu di rumah. Gue ke sini cuma mo nganter hamsternya. Btw, hamsternya belum ada nama!" ujar Nevan sembari berjalan pergi keluar Oman Cafe.

"Nama?" gumam Syafa sembari menempelkan telunjuk di dagu. "Yang mana cewek yang mana cowok?"

"Triple D. Dora, Donal, Doraemon," usul Ali penuh keoptimisan.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang