Thirty-Three

398 38 8
                                    

"Semakin berkurang rasa takut itu semakin terkikis pula kelemahan. Semakin tajam kelebihan juga semakin kuat pula diri,"

~Zayra Azzahra~

_4 Desember

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Rabu, 11.30 WIB~

Eh, iya, baru keliatan ...

Zayra mengembangkan sebelah pipinya sembari bersandar pada dinding putih koridor rumah sakit dan menyilangkan kedua tangan di depan dada. Mata gadis itu tak sengaja melihat sosok Hafiz dengan jas snelli putih yang tengah berbincang pada seorang ibu-ibu. Tentu saja senyum ramahnya menyertai, membuat perempuan yang acap kali bertemu dengannya malah berharap kembali sakit agar dapat diperiksa oleh dokter madu itu.

Heleh ... Zayra berlagak muntah.

Hm, terakhir kali gadis itu melihat Hafiz di Oman Cafe semingu yang lalu. Ternyata waktu cepat sekali berlalu. Tiap Zayra kembali ke Oman, pantas saja ada yang menghilang rasanya. Ternyata pemilik asli Oman Cafe tak berada di tempat untuk menambah kemanisan kafe tersebut. Namun ia malah beralih tempat untuk memaniskan rumah sakit yang seharusnya pahit itu.

"Dokter Zyehab!" seru seorang perempuan, lalu pergi begitu saja bersama temannya dengan tawa gemas yang mengiringi, membuat Hafiz mencari siapa yang memanggilnya itu.

"Aty Zay," panggil Ali kecil berlari mendekatinya.

"Hai, Ali," Zayra menyamai tingginya dengan Ali, "Mau ke ruangan Abi Fahrul, ya?"

Ali menggeleng, "Udah dari sana, kok,"

Zayra mengangguk pelan. Ali menoleh, berbinar dan berteriak, "Dokter Madu!"

Zayra tertawa kecil. Julukan Hafiz di rumah sakit Farisi adalah Dokter Madu gara-gara senyumnya yang semanis madu. Geli rasanya mendengar panggilan itu namun Hafiz kher saja menerima julukan itu.

Hafiz menoleh, lalu melangkah mendekat dengan senyum tipis yang tertera.

"Assalamu'alaikum, Ali," salam Hafiz setengah duduk, menyamai tingginya dengan Ali.

"Wa'alaikum salam, Dokter Madu," Ali menyengir lucu.

Hafiz tersenyum. Tangannya merogoh saku snelli putihnya, lalu mengeluarkan sebuah permen dan menyodorkannya pada Ali. Lelaki mungil itu menampakkan senyuman dengan jejeran gigi putih yamg rapi.

"Bilang apa kalo ada orang ngasih Ali hadiah?" tanya Zayra.

"Syuqron katsiiron, Dokter Madu," ucap Ali.

Hafiz tersenyum, "Afwan, Ali,"

Ali pergi begitu saja, berlari-lari kecil menapak lantai putih rumah sakit hingga tubuh mungilnya menghilang di perbelokan koridor. Hafiz berdiri, begitu pun dengan Zayra yang sedari tadi mereka setengah duduk untuk menyamai tinggi dengan bocah Arab tadi.

"Hahaha!" Zayra tak dapat menahan tawa. Namun lirikan Hafiz membuat tangan putih gadis itu menutup mulutnya, "Alafu,"

"Apa yang bikin lo ketawa?" tanya Hafiz.

"Nggak," Zayra terkekeh, "Lucu aja. Dokter Madu ... Hahaha!"

Hafiz menghela napas, "Gue juga geli dengernya. Entahlah ulah siapa,"

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang