"Kek gini, ya ... Lo itu punya mata, jadi gak perlu ngeliat pake telinga. Telinga itu cuma denger, tapi gak ngeliat kek mata. Jadi, gak usah dengerin apa yang gak lo liat,"
~Dava~
_22 Agustus
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Brak!
Ngiiinggg!
"Zyan!" seru Alfa dan Hafiz bersamaan.
Zyan mengeluh, memegangi kakinya yang berdenyut. Ah, bahkan Alfa meringis ngilu walau bukan ia yang merasakan nyerinya tulang kering kaki kanan Zyan yang terantuk ujung meja.
"Whuaaa!" teriak Zyan.
Blup!
"Berisik, Zyan. Malu sama orang yang lewat," ucap Hafiz sembari memasukkan kapas pada mulut Zyan yang terbuka lebar karena teriakannya tadi.
Mata Zyan berbinar, "Papi, kaki Aa' sakit,"
"Jijik, Bahlul!" ujar Alfa sembari mentoyor kepala Zyan, lalu memberikan botol mineral yang beku itu kepada Zyan, "Pake es aja biar gak ngilu banget,"
Zyan menekuk wajah sembari mendorong pemberian Alfa. Sejam yang lalu ia yang membelikan air mineral beku itu kepada Alfa, mengapa sekarang Alfa yang memberikannya? Namun, detik kemudian wajahnya kembali seperti biasa.
"Gengs! Gue punya berita," ujar Zyan.
"Berita lama?" tanya Hafiz acuh tak acuh sembari membuka jas kedokteran yang mulai kusam warnanya. Mungkin faktor jasnya pernah hilang selama dua minggu dan ditemukan oleh seorang mahasiswi di dekat kolam ikan tadi pagi.
"Gak, baru," sahut Zyan.
"Awas gak bermutu," ancam Alfa.
"Ntar taun ini bakal diadain Malam Keakraban buat anak baru!" jelas Zyan.
"Tuh, kan, gak bermutu," celetuk Alfa.
"Setau gue itu acara diadain tiap taun," ujar Hafiz.
"Ada bedanya. Taun ini bukan organisasi doang. Tapi semua jurusan ikut!" seru Zyan.
Alfa mengeryit, "Nampung banget semua jurusan? Gak penuh, nih, kampus?"
"Weh, bukan di kampus. Kayak bumi perkemahan gitu. Tapi gak mungkin, kan, dalam satu hari langsung semua jurusan?" Zyan bersandar pada pot bunga besar di sampingnya.
"Kayaknya bakal bergilir. Satu jurusan atau beberapa jurusan dulu," tebak Hafiz.
"Right, Boy!" Zyan menjentikkan jarinya, "Tapi yang lebih wow lagi, kita bakal ikutan, woey!"
Alfa menatap heran, "Kok? Di waktu itu mungkin kalian berdua sudah ngambil program profesi dokter, kan? Gue juga kayaknya udah turun ke Dirgantara, deh,"
"Yap! Kami memang udah koas ntar. Tapi Pak Dekan bilang kalo acara itu juga bakal jadi acara kampus terakhir yang kita rasakan." entah mengapa wajah Zyan terlihat mellow.
Hafiz mengeryit heran, "Kok, gitu, ya ..."
"Wah, kemping bareng Naurra," senyum Alfa.
"Heh, maaf, ya, Pak Direktur yang Terhormat. Acara kampus bukan buat dua-duaan sama istri, ya," sindir Zyan.
Hafiz tersenyum, "Kalo gak salah Syafa juga masuk kampus ini, kan, Al?"
"Ah, Syafa, ya? Rasanya iya. Dia mau ambil jurusan Ekonomi. Tapi entahlah, kayaknya dia mulai ragu sama pilihan jurusan," ucap Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Teen Fiction(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...