Fifty-Three

358 41 21
                                    

"Cinta tidak bisa dipaksakan begitu saja!"

~Zayra Azzahra~

_25 Maret

🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Rumah Sakit~

Sret!

Ah, lihatlah. Pisau itu dengan tidak sengaja melukai kulit putih Hafiz sehingga mengeluarkan darah segar. Cowok itu mengeryit. Kenapa ia sampai tidak fokus untuk menyayat sedikit kulit plastik teh instan?

Ada apa ... Hafiz mengulum bibir. Entah mengapa darah yang baru saja keluar dari kulit tangannya sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit.

Namun, di hati yang terdalam, ada rasa gaduh mengitari.

"Astaga, Haf! Gak ngeliat, tuh, tangan luka? Malah melamun!" tegur Anis.

Hafiz tersadar, "Ah, iya ..,"

"Ntar, gue ambil plester. Lo tunggu bentar," ujar Anis.

Hafiz hanya diam sepergian Anis. Cowok ke-Araban itu menghela napas. Kenapa setelah kejadian hujan-hujanan waktu itu hatinya terasa sengsara hingga sekarang? Gaduh sekali, bahkan tidur yang merupakan kenikmatan hakiki bagi seorang koas pun kini susah untuk mata Hafiz terpejam.

"... Bisa gila gue," gumam Hafiz menghela napas.

🌼🌼🌼

~Sabtu, 14.00 WIB~

Zayra menoleh pada cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Lihatlah seorang gadis di sana, terlihat tidak ada harum apa pun untuk menarik datangnya kupu-kupu yang indah.

Zayra menghela napas. Gadis itu bertanya-tanya untuk kesekian kalinya, kenapa Fairuz memilih gadis itu? Sungguh kaget saat Fairuz menyatakan keinginannya datang ke rumah semalam.

Melamar!

Pipi Zayra memerah. Astaga, malu sekali ketika mengingat kejadian semalam saat Fairuz dengan berani meminta gadis itu untuk menjadi pendamping hidup. Tunggu dulu, banyak pertanyaan yang menyangkut di kepala Zayra. Yang paling utama, KENAPA?!

Bruk! Gadis itu menjatuhkan diri ke kasur, menghela napas dan menatap langit-langit kamar bewarna hijau pucat.

Dokter Fairuz ...

Apa tidak apa-apa, seorang Fairuz yang notabe dokter tampan dengan predikat tinggi prestasi itu melamar seorang gadis seperti dirinya? Tentu, Zayra merasa rendah diri. Jauh berbanding dengan Fairuz, Zayra hanyalah seorang gadis ceroboh. Ia bahkan tidak bisa melakukan apa yang dilakukan gadis lain. Dandan? No, jauh sekali. Ia tidak bisa dandan kecuali asal-asalan. Memasak? Dasar saja, kecuali masak mie instan, air putih, gahwa dan sahi, ya, dia bisa. Pintar? Tidaaak! Jangan dibicarakan untuk dibandingkan karena mereka bagaikan langit dan bumi. Zayra saja harus mengulang lima kali penjelasan Alfa dalam satu soal hingga membuat kepala Alfa mengeluarkan asap saking bobroknya gadis itu.

Apa gadis itu hanya mengetahui tehnik beladiri saja?

"Tapi gue bisa merajut," sombong Zayra, padahal ia baru bisa hal dasar dalam merajut.

Lalu, apa yang disukai Fairuz dari gadis itu?

Zayra menghela napas. Ia sangat kaget atas penuturan dokter tampan itu semalam hingga Zayra tak mampu mengeluarkan kata-kata selain diam membisu. Alfa dan Naurra juga kaget dengan saling lempar pandang. Namun sepertinya Abi Alwi, Mama Fira, dan Ajib sudah mengetahui niat dan hajat kedatangan Fairuz. Jika semalam Fairuz tidak segera mengatakan bahwa ia memberikan waktu tiga hari untuk Zayra menjawab, mungkin gadis itu akan menjadi patung nasional di meja makan.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang