Last

849 69 58
                                    

"Albitsaamah ... Tersenyumah, karena senyum itu merupakan ibadah,"

~Abdurrzyehab Hafiz~

_11 Juni

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Five Month Later~

~Selasa, 10.00 WIB~

"Umi, ada ayunan!" seru Shela girang.

"Shela jangan ke mana-mana, sama umi aja," ucap Umi Ahya, lalu mendongak menatap bangunan di depannya sembari bergumam, "Subhanallah ..."

Aisyah tersenyum, "Gede banget!"

"Kakak kamu mana, Syah?" tanya Umi Ahya.

"Lagi telpon sama sopir yang bawa barang-barang kita, Um," jawab Aisyah.

Umi Ahya hanya mengangguk kecil, lalu kembali menatap ada bangunan kokoh dua tingkat yang bercat cream. Halamannya cukup luas dengan tanaman yang tertata rapi dan rumput yang hijau. Balkon di lantai kedua membuat suasana rumah itu bertambah mewah. Ayunan kecil di depan rumah tentu akan membuat Shela senang bukan kepalang.

Indah ...

"Kenapa, Um?" tanya Ali mendekat sembari menenteng tas Umi Ahya.

"Ah, nggak ... Umi masih enggak percaya aja kalo rumah ini hasil dari kerja keras kamu, Al," sahut Umi Ahya pelan.

Ali tersenyum, "Berkat doa umi,"

Terkadang, cowok itu juga masih tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan selama setahun lebih itu. Hanya saja ada niat untuk membahagiakan orang terkasih di dekatnya, terutama Umi Ahya, yang membuat Ali terus berjuang sehingga ia mencapai hasil yang memuaskan sekarang. Hidup berkecukupan dengan rumah impian, tentu ia sudah berhasil menyenangkan hati Umi Ahya, Aisyah, juga Shela.

"Nah, Um. Ntar umi bisa bikin pesenan katering lebih leluasa di dapur yang baru, juga bisa ambil pesenan lebih banyak kalo umi sehat. Ntar Ali minta Bu Ning bantuin umi, atau ntar panggil beberapa orang buat bantuin umi," jelas Ali.

"Alhamdulillah ... Makasih, ya, Nak," senyum Umi Ahya senang.

"Apa ada yang mau umi beli?" tanya Ali.

Umi Ahya tersenyum, mengelus pelan rambut anak lelaki semata wayangnya itu dengan sepenuh hati.

"Enggak ada, ini semua lebih dari cukup. Umi udah senang banget kalo anak-anak umi bareng sama umi," sahut Umi Ahya.

"Kita beli mobil, ya? Bisa jalan-jalan juga," ucap Ali.

"Mobiiil?!" mata Shela dan Aisyah berbinar.

Mata Umi Ahya melotot. Ah, Ali suka sekali menggoda Umi Ahya seperti itu sehingga membuat beliau mengoceh ria.

"Jangan aneh-aneh, ya, kamu? Kumpulin dulu uang buat keperluan lain, tabung buat masa depan kamu. Gak usah beli yang kayak gituan," tuh, kan, Umi Ahya mulai ceramah.

"Yah, umi ..." Aisyah dan Shela tampak kecewa.

Ali tersenyum, "Iya, Um. Motor saja sudah cukup buat Ali. Tapi sekarang Ali memang butuh mobil untuk menghindari dikenal dari orang-orang. Sekarang masih dianter jemput oleh sopir yang sudah disediakan, tapi nanti kita bakal punya mobil sendiri,"

"Iya, kayaknya motor udah gak bisa lagi buat Kak Ali," kekeh Aisyah mengingat saat ia dibonceng oleh Ali yang mengantarnya ke sekolah, banyak kamera yang tersorot ke arahnya dan banyak fans yang menyapa juga menghadang motornya. Padahal saat itu Ali sudah memakai helm serta masker. Alhasil, Aisyah juga ditanya-tanya wartawan sehingga ia telat sampai ke sekolah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang