Fifty

383 45 18
                                    

"Kalo ada yang sakit, bilang. Jangan dipendam, gak baik,"

~Syafana Aliyya Farisi~

_10 Maret

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Two Month Later~

~Oman Cafe, Sabtu, 16.00 WIB~

"Kuda yang mana, kuda yang mana
tuan senangi?

Kuda yang putih, kuda yang putih
di dalam kandang ...!

Janda mana, janda mana
tuan senangi?

Janda yang putih, janda yang putih
berambut panjang ...!

Janda mana, janda mana
tuan senangi?

Janda yang putih, janda yang putih
berambut panjang ...!"

#YouTube: Muqadam_Pantun Janda

Ali speechless. Hampir dua bulan Oman Cafe ia tinggali, kenapa penghuninya menjadi gila semua? Lagu Pantun Janda menggema riang di dalam kafe tersebut. Zayra, Syafa, Nevan, bahkan Naurra terlihat bedana, atau joget ala-ala gambus orang Arab. Lihatlah Zyan, bahkan dia bisa dengan lihai menari ke sana kemari dengan tawanya.

Sudut siku-siku terbentuk di kening Ali. Ingin rasanya ia melempar tongkat ellbow yang dipinjamkan Nevan padanya, ke arah orang-orang biang rusuh itu. Musik yang mereka setel keras-keras dan penampilan mereka malah menghibur costumer lain, bahkan sebagian dari mereka juga ikut mengambil andil dalam acara heboh itu.

"Oman Cafe, atau Gambus Cafe, sih?" Ali menepuk pelan jidatnya.

Hafiz tertawa melihat Ali yang kewalahan pada teman-temannya itu. Cowok yang masih dalam masa pemulihan itu tentu saja greget melihat Oman kesayangannya on the way berantakan. Yeah, ada Zyan dan Zayra, dua sejoli biang ribut, biang kerok, biar segala biang. Ditambah Nevan dan Syafa. Lengkaplah sudah kepasrahan Ali.

"Gak ada Alfa, Nau bisa bebas, ya," gumam Hafiz tersenyum

"Nau! Awas aja lo berojol di Oman Cafe!" seru Ali.

Lagi-lagi, Hafiz tertawa. Cowok yang sedang off koas itu, berjalan ke belakang kasir sembari membawa sapu di tangan.

"Kak Haf, kayaknya rame banget hari ini." ujar seorang costumer perempuan ditemani dua temannya yang lain.

"Iya, ada akar kericuhan dateng," senyum Hafiz sembari mencatat pesanan minuman ketiga perempuan itu.

"Ta'ab! Ta'ab! Fyuh!" seru Zayra mendekat, lalu menarik kursi di belakang kasir sembari mengipasi wajahnya dengan robekan kardus.

"Capek? Mereka pesen frappuccino, mau sekalian?" tawar Hafiz.

Mata Zayra berbinar, "Boleh! Banyakin topping keju parut sama chico chip!"

Hafiz tak menggubris, walau pun begitu ia tetap memberikan double topping pada minuman Zayra. Gadis itu bersandar pada dinding kafe, mengoceh tanpa dapat dimengerti dan melirik ketika sebuah handphone berdering sebentar.

Zayra mengeryit sembari melihat layar handphone yang tentu bukan miliknya.

"Haf, ada konfirmasi E-tiket." ujar Zayra, "Lo mau berangkat?"

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang