Forty-Two

391 42 9
                                    


"Terkadang Allah menyembunyikan matahari dan sinarnya, lalu mendatangkan hujan dan petir yang mengerikan. Namun ternyata Dia ingin mendatangkan pelangi indah setelahnya,"

~Abdurrzyehab Hafiz~

14_Januari

🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~A Few Day's Later~

~07.35 WIB~

"Aisyah?"

Aisyah menoleh. Ha, itu Syafa! Gadis itu berjalan dengan senyum mengembang. Wah, sudah berapa lama mereka tidak bertemu? Sejak Aisyah mulai masuk sekolah, dan Syafa mulai kuliah sebagai mahasiswa baru, kesibukan menyertai kehidupan masing-masing.

"Kak Syafa," ucap Aisyah tersenyum.

"Bikher?" tanya Syafa.

"Kher, Alhamdulillah," sahut Aisyah.

"Et, ngapain lo ke kampus? Mau nemuin Manusia Muffin, ya?" tanya Syafa. Ia pun heran kenapa Aisyah yang memakai seragam SMA Favorit itu malah nyasar ke kampus ber-almameter Arsi.

Aisyah tersenyum, lalu mengambil tas tabung yang sangat Syafa kenal bahwa itu milik Ali.

"Kak Ali ninggalin ini gara-gara ngejar angkot," ujar Aisyah.

Syafa mengeryit, "Ngejar angkot? Motornya kenapa?"

"Motornya masih di bengkel. Kak Ali gak ada waktu buat ambil, padahal mungkin udah selesai dari kemarin," jelas Aisyah.

"Astaga, males amat, sih?" gumam Syafa, "Oh, terus lo gimana? Telat banget ini, mah!"

Aisyah menggeleng, "Nggak, kok. Ada olimpiade antar sekolah di Favorit, jadi paling lambat masuk jam sembilan,"

"Oh, pantes lo anteng," gumam Syafa.

"Dari tadi nelpon Kak Ali, tapi gak diangkat," terlihat raut wajah cemberut Aisyah.

"Sini, gue aja yang kasih," ucap Syafa.

"Serius? Kalo gitu aku nitip buat Kak Ali, ya? Kak Syafa satu jurusan, kan?" tanya Aisyah.

Syafa mengangguk. Tangannya mengambil tas tabung yang ternyata-

"Berat!" seru Syafa ketika tas tabung itu hampir terjatuh dari tangannya.

Aisyah tertawa، "Hati-hati,"

"Iya, dah." Syafa mengerlingkan mata.

Aisyah tersenyum. Gadis anggun itu pergi setelah bercakap kecil dengan Syafa.

"Kak Ali bawa batu, ya?" gumam Syafa, lalu membopong tas tabung milik Ali.

Huwa! Apa yang dibawa Ali? Sungguh lebih berat tas milik Ali daripada tubuh gadis itu sendiri. Kenapa Aisyah membawanya seakan-akan hanya membawa tas kosong? Seperti enteng sekali.

Astaga, lihat tangganya ...

Syafa hanya bisa membuka mulut, kaget akan anak tangga yang melambung tinggi di hadapannya itu. Tentu pagi itu Ali ada kelas di lantai dua gedung Arsitek.

"Bismillah. Come on, Syafana!" semangat Syafa pada dirinya sendiri.

Eh?

Itu Manusia Muffin!

Yeah, di ujung koridor sana terlihat Ali yang sedang mendengarkan lagu dari earphone hitam, duduk di pinggir batu pembatas. Sepertinya ia kembali sedang meng-aransement lagu untuk music competition.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang