"Bukankah keinginan itu harus digapai dengan usaha?"
~Muayyad Amar~
_20 Februari
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~Sabtu, 08.00 WIB~
"Cieee! Aydrus bakal kompetisi besok!" seru Zayra sembari memasuki angkot.
Ali menepuk pelan jidatnya. Kenapa Zayra malah nyeletuk di angkot yang ramai akan ketidaktahuan teman-temannya itu? Padahal Ali ingin agar kompetisinya besok dirahasiakan. Memang, Zayra dari dulu ember bocor sekali. Lihatlah Sandra, Irra, dan Zyan yang kini melihat kepadanya dengan tatapan heran.
"Kompetisi?" gumam Sandra.
"Kompetisi apa?" tanya Irra.
"Lo kagak bilang-bilang gue ikut kompetisi?" gerutu Zyan.
Ali speechless. "Buat apa?"
"Gila! Temen macam apa lo kagak kasih tau temennya kalo ikut kompetisi?! Gilaaa! Gilaaa! Nangis gue! Huwaaaa!" seru Zyan sembari memeluk Hafiz yang duduk di sebelahnya.
"Pada kagak tau, ya? Besok Ali ikutan music competition. Udah dipersiapin sama Bang Nevan dari lama banget," ujar Zayra.
"Lama? Berarti usah siap dong, ya, Aydrus?" tanya Irra.
Siap?
Ali mendelikkan bahu. Selama ini dia sudah berusaha latihan untuk bersama Nevan untuk mengembangkan bakatnya itu. Sekarang tidak ada Nevan pun Ali masih latihan sendiri. Nevan bilang jika sudah tiga hari sebelum hari H, Ali dilarang latihan lagi dan lebih baik istirahat agar hasilnya nanti perfect. Nevan memang guru andal pada bidang musik. Dia tidak memaksakan kehendak dan memberikan alur lagu yang diinginkan pada Ali. Latihan saja kalo dia lagi mood doang. Setidaknya setiap kali band Farel manggung di Oman, ada bagian Ali menggantikannya agar bisa memaksimalkan latihan dengan mikrofon dan alat musik lainnya. Yeah, bagi Ali itu seperti ujian mingguan setelah latihan seminggu bersama Nevan.
Gugup? Wah, jangan ditanya. Tentu Ali gugup bukan kepalang untuk kompetisi besok. Di luarnya saja Ali terlihat santai tanpa beban, padahal dari benak Ali saja kegugupan sudah melanda sejak seminggu Nevan meninggalkannya. Hah, Ali bagaikan anak ayam yang menghilang dari induknya ketika berlatih sendiri, tidak ada Nevan yang menggurui.
"Weits, besok wajib dateng, nih," ujar Zyan.
"Lo kagak koas, Zyan? Hari ini udah off," senyum Hafiz.
"Aelah! Enyah lo, Haf! Memupuskan harapan gue aja," gerutu Zyan.
"Lo kagak usah dateng, gapapa. Gue takut aula perform roboh gegara kedatangan lo," kekeh Ali.
"Gila, sih? Jahat banget lo sama gue!" rengek Zyan.
"Eh, itu sopir angkotnya?" tanya Sandra ketika melihat seorang laki-laki datang.
"Yes! Bang Mus dateng!" seru Zyan.
"Bang Mus? Eh, Mang Bakso waktu itu, kan?" kaget Zayra.
"Yo-i!" sahut Bang Mus.
"Bang Mus merangkap sebagai sopir angkot juga, Haf," beritahu Zyan yang sebenarnya Hafiz sudah tau.
"Wuih, asik!" ucap Zayra, lalu membuka kaca dan mengetuk beberapa kali bagian luar angkot, "Tanah abang! Tanah abang! Ayooo! Ayooo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Novela Juvenil(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...