Fifty-Four

364 48 26
                                    

"Apa kamu bisa membawaku terbang jauh dari perasaanku terhadap seseorang?"

~Zayra Azzahra~

31_ Maret

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~One Month Later~

~Oman Cafe, Minggu, 07.00 WIB~

Ting!

Ali menoleh. Lihatlah cowok yang berdiri di sana. Bukan, bukan Nevan yang dengan semangat empat lima melayani costumer Oman Cafe, tetapi cowok bermata panda yang berdiri dan bersandar di dinding. Ia memainkan sebentar handphone-nya, scrolling tanpa arah, dan termenung lagi.

"Hm," gumam Ali.

Cowok itu melipat tangan di depan dada. Hafiz benar-benar tidak seperti biasa. Memang seorang koas akan terlihat melelahkan dengan pekerjaan beratnya. Tentu pula mata panda akan terlihat dengan jelas serta letih yang mereka alami. Tapi berbeda dengan Hafiz. Cowok itu seperti hanya mengalami lima puluh persen dari seratus persen lelahnya masa koas, padahal ia tentu menjalani semua kondisi itu.

Apa yang berbeda? Tentu saja. Lihat mata panda Hafiz yang kian menebal. Lihat pula bibir kering yang melengkungkan senyum sendu untuk costumer itu. Benar-benar tidak seperti biasa. Ah, bahkan ia beberapa kali terlihat melamun seperti memikirkan sesuatu. Ali tau jika pikiran Hafiz selalu berputar setiap saat, melamun pun memang menjadi kebiasaan manusia. Tapi untuk seorang Hafiz yang akhir-akhir ini banyak melamun dan tanpa sadar terlihat menurunkan kejeniusannya, itu benar-benar perihal langkah.

Zayra juga begitu ...

Ali menghela napas. Kalian tau keadaan Zayra? Di kamp pelatihan dan di kampus tiada bedanya. Sama seperti Hafiz, Zayra terlihat lesu dan menyimpan banyak pikiran. Tentu hal itu juga perihal langkah mengingat bahwa gadis itu biasanya tidak bisa diam barang hanya satu menit saja. Yang biasanya mengoceh bagai kereta berjalan kini diam sedamai kapal berlabuh. Tiap kali diajak berbicara, ia hanya menanggapi dengan singkat dan senyum. Persis seperti Hafiz.

"Yeah, pasti ada sangkut pautnya berdua," gumam Ali.

Ting!

Ali menoleh, melihat pada seorang gadis yang masuk sembari menggandeng tas putih, lalu melangkah mendekati dan menarik lengan cowok itu untuk menjauh beberapa langkah dari kasir Oman Cafe.

"Apa, sih?" tanya Ali heran.

Syafa melirik pada sekitar, lalu berjinjit untuk berbisik di telinga Ali, "Kak Zay mau zuaj!"

Ali mengeryit, "Zayra zuaj?"

Syafa mengangguk, "Denger-denger sekitar dua atau tiga bulan lagi. Sama Dokter Fairuz, kenalan Ami Alwi,"

Oh, jadi itu penyebabnya? Zayra yang dilema karena ingin menikah, sedangkan dirinya masih terpaut hati dengan Hafiz dan juga Hafiz yang dilema akan cinta yang pupus? Tapi, bukankah Hafiz sudah dijodohkan Umi Soraya dengan gadis Makassar? Yeah, Ali pernah dengar itu langsung dari Umi Soraya ketika beliau datang ke Oman Cafe bersama seorang gadis bernama Fahira Azlia. Dan beliau dengan ceria memperkenalkan calon menantunya itu pada Ali yang saat itu berada di depan kasir.

Tapi cewek itu lagi balik ke Makassar, kan, ya ...

Ali menghela napas. Sempat terpikirkan oleh penyanyi yang sedang naik daun itu, ada juga ternyata yang bisa memecahkan balok hati Zayra. Yeah, memang diakui bahwa siapa yang tidak mengenal akan rupawan pemuda dan pemudi keluarga Farisi? Walau pun memang badung, Zayra masih seorang perempuan yang diincar oleh banyak laki-laki, walau mereka takut untuk mendekatinya. Kenapa? Pertama, ya, lihat dulu tinju gadis itu bisa mengenai siapa saja. Kedua, mereka bakal mundur jika tatapan Alfa sudah seperti elang saat mereka mulai mendekati para sepupu perempuannya.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang