"Kebenaran memang harus disertai dengan keberanian,"
~Inspektur Yusuf~
November
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Zayra menepi, melihat beberapa sosok polisi yang sedang berbicara pada keluarga Bian. Ada pula beberapa warga yang melihat ingin tau kelanjutan kasus kematian Bian itu dan ada pula dari mereka yang menyayangkan tindakan Bian untuk mengakhiri hidup karena cowok itu dikenal sebagai remaja yang berbudi pekerti baik.
Gadis itu membalikkan badan. Ke mana teman-temannya yang lain? Hafiz bilang ia akan menyusul setelah mendapat step rangkaian penanaman mawar dari Yumi. Tapi, kenapa lama sekali? Gadis itu hanya sendirian sebagai orang kota yang menyempil di antara warga desa untuk mengetahui apa yang dilakukan polisi pusat tentang kematian Bian. Namun sepertinya para polisi itu sudah mengetuk palu tentang kematian Bian yang merupakan bentuk kejahatan bunuh diri.
Zayra menyipitkan mata. Seorang polisi dengan lambang dua bintang emas di bajunya, terlihat berdiri sembari memperhatikan obrolan polisi lain dengan keluarga korban.
Kayak kenal ... batin Zayra.
"Kalau begitu, kami akan menutup kasus ini," ujar seorang polisi.
Eh?
"Be-bentar, Pak!"
Semua mata memandang, beralih pada sebuah teriakan yang menyita banyak perhatian itu. Zayra yang menyeru dengan tangan kanan terangkat, menelan saliva. Keberanian apa yang datang di saat yang tidak tepat itu? Demi sebuah bukti yang seharusnya benar adanya itu, Zayra rela mempermalukan dirinya sendiri?
Ayolah, Haf ... Kemari!
"Ada apa?" tanya polisi yang sempat dilihat Zayra tadi.
"Ng, anu ..." Zayra menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Bukankah hanya dengan satu bukti tape recorder itu tidak valid untuk mengatakan jika kasus ini karena bunuh diri?"
"Jadi maksudmu, ini kasus pembunuhan?" tanya balik polisi di sana.
Mati lo, Zay! "Ng ... Entahlah--Tapi! Bukankah seharusnya pihak kepolisian harus mencari bukti yang lebih valid agar analisis kalian tentang kasus bunuh diri ini benar adanya? Jangan hanya mengandalkan satu bukti!"
Polisi dengan lambang dua bintang emas itu, menyunggingkan sedikit senyum, "Jadi kamu meremehkan kemampuan aparat negara?"
"Eh, enggak!" Zayra keder, "Saya hanya ingin meminta keadilan bukan dengan satu bukti."
"Dek, lebih baik kamu diam saja. Kasus ini sudah ditutup," ujar polisi yang paling tinggi.
"Tapi--"
"Sudah saya bilang, kasus ini sudah ditutup!" ujar polisi itu lagi, kini dengan suara yang lebih tinggi.
Zayra diam. Tentu ia tidak bisa melawan enam polisi seorang diri. Namun jika tidak dicegah dengan perkataan yang membantah, para polisi itu akan segera pergi sedangkan orang yang katanya menemukan sesuatu di air terjun itu semalam belum kemari.
Haaaaf!
"Kami akan kembali ke kota karena kasus ini sudah ditutup," ujar polisi yang bagi Zayra songong itu.
"Kalau begitu, saya minta kasus ini dibuka kembali,"
Ah?
Zayra menolehkan kepala, begitu pula pada orang-orang yang berkumpul di sana. Menangkap basah orang yang kembali berseru pada kasus yang sudah ditutup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Teen Fiction(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...