"Cinta itu bagaikan peperangan. Medannya adalah hati, senjatanya adalah ketulusan, rintangannya adalah rasa sakit dan kehilangan. Musuhnya adalah pengkhianatan, dan pahlawannya adalah diri sendiri,"
~Aydrus Ali Haeddad~
_13 September
🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Ting!
"Merapaaat! Merapaaat! Mari merapaaat!"
Zyan berseru riang menggunakan double folio yang ia gulung. Baru saja mendorong pintu kaca Oman Cafe, cowok itu sudah membuat gaduh dengan suara rusuh yang ia buat. Membuat Syafa yang sedang memainkan handphone di kasir, mengernyit heran. Ali yang mengerjakan tugasnya di pojokan pun, menghela napas. Sedangkan Hafiz yang menyusul Zyan masuk ke kafe tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa, sih, Toa Masjid!" seru Zayra yang tiba-tiba muncul dari dalam. "Gue yang baru keluar dari toilet aja kedengeran suara lo segede toa masjid!"
Zyan berdecak, lalu menarik tempat duduk. Beruntung Oman Cafe saat itu hanya ada dua meja yang berisi. Dan sepertinya mereka adalah costumer tetap yang sudah biasa dengan keributan sesama di kafe itu.
"Heh, gue mau ngomong penting. Lo pada duduk dulu," ujar Zyan, lalu mengernyitkan dahi saat melihat penampakan wajah baru di kasir, "Dia siapa, Haf?"
"Hm? Sepupu Alfa, Syafa," jawab Hafiz sembari berjalan mendekati kasir.
"Oh, yang mau masuk kampus itu, ya?" tanya Zyan, kini suaranya mulai keras kembali, "Halo, Syafaaa!"
Syafa tersenyum kaku, "Halo,"
"Heh, jangan hasut sepupu gue! Dia masih polos," ucap Zayra sembari merangkul Syafa.
"Lo kira gue mau ngehasut buat apa? Nge-bully elo, gitu?" suara Zyan mulai heboh.
"Astaghfirullah ..." gumam Ali memijat keningnya ketika konsentrasinya pada tugas terpecahkan karena adu mulut dari Zyan dan Zayra.
Hafiz speechless, "Udahlah ..."
"Kak Zyan mau pesan sesuatu?" tawar Syafa.
Zyan menjentikkan jarinya, "Ini ciri-ciri Farisi yang waras di antara Farisi yang pernah gue temui!"
Ali yang mendengar hal tersebut memasang wajah speechless, "Belum saja ..."
"Lo mau ngomong apa, sih? Katanya penting banget sampe spam call," tanya Zayra sembari menarik kursi di depan Zyan. Pasalnya ia mendapat spam chat serta telepon dari cowok itu yang mengatakan bahwa mereka akan mengadakan rapat penting sehidup semati di tempat bernama Oman Cafe.
Kembali, Zyan menjentikkan jarinya, "Mau ngomongin liburan!"
Mata Zayra membesar, berdiri sambil menggebrak meja, "Serius?!"
"Dua rius!" jawab Zyan semangat pula sambil menggebrak meja.
Brak!
"Beneran?!" tanya Zayra lagi.
"Sumpah demi kaleng rombeng! Beneran!" sahut Zyan.
"Oi, mejanya jangan digebrak!" seru Ali yang tak tahan akan gebrakan meja yang dilakukan dua sejoli rempong itu. Tentu saja cowok itu sangat sayang pada apa pun yang melekat dengan Oman Cafe.
Hafiz dan Syafa speechless.
"Jangan heran liat sepupu kamu kalo udah ketemu Zyan kayak duo sejoli," kekeh Hafiz.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oman Cafe [SELESAI]
Teen Fiction(Spin-Off: Teruntukmu, Imamku) ~°°~ "Dia ganteng, tapi rese'! Suaranya bagus, tapi ngeselin!" Syafana Aliyya Farisi, gadis dengan paras cantik Arabnya itu sepertinya menyimpan dendam kusumat terhadap Aydrus Ali Haeddad, Barista Oman Cafe yang terlam...