Forty-Five

381 46 22
                                    

"Segala sesuatu itu harus disertai dengan niat. Niat-nya juga baik-baik."

~Muhammad Labib~

30_Januari

🌼🌼🌼

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tuh, kabur lagi ...

Ali memasukkan tangan ke saku celana. Barusan terlihat jelas langkah kaki Syafa mengarah pada koridor yang sama dengan Ali. Namun saat mata gadis itu melihat keberadaan Ali, kakinya langsung berbelok ke koridor sebelah seakan-akan melihat hantu yang berjalan mendekatinya.

Hm ...

Syafa melirik. Gadis itu menghela napas sebelum mengelus tangan kirinya yang masih terasa sakit. Ia menyandarkan tubuh pada dinding koridor, menatap awan putih yang berarak pada langit biru.

Sampai kapan ia harus menghindari Ali karena ancaman Nada? Sakit hati ketika dirinya harus mengindari tatapan mata Ali yang terlihat bertanya-tanya akan keadaan itu. Biasanya ketika ia berpapasan dengan Ali, selalu mengembangkan senyuman pada cowok itu walau dibalas dengan kecuekan. Tapi kini ia malah menghindar dan bahkan dirinya tidak pernah lagi menginjak lantai Oman Cafe.

Oman Cafe ...

Syafa memejamkan mata. Rindu rasanya menjadi kasir di sana. Rindu rasanya membuat berbagai macam jenis minuman dan makanan. Rindu rasanya belajar membuat kue dari Bu Ning. Rindu pula rasanya bercanda dengan Nevan. Rindu pada para costumer Oman Cafe, apalagi costumer tetap yang bahkan sudah mengenalnya. Rindu rasanya dengan senyuman Hafiz. Rindu akan ketenangan dengan alunan qasidah di sana.

... Rindu pada Ali ...

Musytaq ...

... Musytaq jiddan ... Manusia Muffin ...

"Heh,"

Syafa terperanjat, menoleh dan mendapati cowok yang barusan melayang di pikirannya kini berada di sampingnya.

"Ka-Kak Ali?!" kaget Syafa, lalu berbalik sebelum tangan Ali menarik tangannya

Grep!

A-auw!

"Gue mau tanya, lo kenapa ngehindari gue?" tanya Ali frontal.

A-apa? Syafa menggigit bibir bawah, "Le-lepas, sakit ..."

Ali mengangkat alisnya, lalu melepaskan genggamannya pada tangan Syafa, "Alafu,"

Syafa kembali berbalik, baru melangkah untuk menjauhi Ali sebelum tangan Ali malah mengait dan menarik ujung bajunya pula.

"Heh, heh, gue ngelepasin bukan berarti ngebolehin lo pergi, Labu Kebun," ujar Ali.

"Mau apa, sih? Gue gak bakal ganggu lo lagi!" ucap Syafa.

Ganggu? "Gue gak pernah ngerasa kalo lo ganggu gue,"

"Gue nyerah," ucap Syafa.

Ali mengeryit, "Nyerah?"

"Gue nyerah, gue gak bisa bikin lo jatuh cinta sama gue, bukan? Jadi, gue gak bakal ganggu lo lagi, dan kita tidak perlu bertemu seperti ini. Gue bakal menjauhi elo," ujar Syafa.

Ali menyatukan alisnya, "Apa, sih ...? Random amat, dah. Lagian waktu elo masih tersisa lama, kali. Yang gue tanya itu kenapa lo tiba-tiba ngehindar, terus kayak ngeliat setan di mata gue?"

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang