Fifty-Seven

423 49 51
                                    

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Sekuat apa pun lo berusaha, takdir gak bisa diubah,"

~Aydrus Ali Haeddad~

_21 April

🌼🌼🌼
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~22.25 WIB~

"Hujannya lebat,"

Alfa menoleh, menatap pada jendela dengan latar hujan yang kelam. Entah mengapa rintik air itu terlihat seperti tidak bersahabat. Petir serta gemuruh sesekali menampakkan diri. Rasanya, hujan kali itu menyimpan jutaan memori kesedihan.

"Pantes lo kagak pulang. Si Nau nginep di rumah mertua lo," tutur Zyan.

"Haf ke mana? Apa dia berteduh dulu, ya?" tanya Alfa, lalu menaruh buku yang ia baca dan berdiri dari duduknya.

"Mungkin aja. Soalnya dia terlambat banget pulang. Kenapa harus tuker off di malem minggu, sih," sahut Zyan yang tengah melihat-lihat buku kedokteran di rak buku di kamar Hafiz. Tiap kali kedua sohib itu berkunjung ke kamar Hafiz, mereka selalu disuguhi dengan kerapian kamar yang awesome. Hafiz memang selalu menjaga kebersihan walau tidak se-perfectionist Ali.

"Ada suara langkah kaki, Al! Mungkin itu Haf," ujar Zyan, lalu berlari mendekat ke arah pintu.

Alfa menoleh. Yeah, mungkin saja itu Hafiz. Tapi apa dia menerobos hujan untuk pulang ke rumah? Zyan terlihat merentangkan tangan, menunggu pintu dibuka untuk menyambut Sang Sohib kembali dari lelahnya koas.

Krieeek!

"Woi, Brother! Lama amat pulang--"

Zyan terdiam, kaget begitu pun dengan Alfa yang membelalakkan mata.

"H-Haf?" kaget Alfa mendekat.

Hafiz melirik. Ah, sekarang lantai kamarnya basah karena dirinya yang hujan-hujanan. Bukan hanya sekadar air bening yang menggenang, namun air yang bewarna merah karena bercampur dengan darah. Entah apa yang kedua sohibnya lihat ketika ia menampakkan diri. Tentu, kedua terlihat begitu kaget.

"Kecelakaan kecil," sahut Hafiz pelan, menjawab wajah kaget dari Zyan dan Alfa.

"Kecil? Darah kayak gini lo bilang kecil?!" amuk Zyan, "Duduk! Biar gue obatin! Kenapa gak langsung--"

Sret!

Eh?

Zyan mau pun Alfa terdiam ketika tiba-tiba Hafiz maju dan merangkul keduanya. Tubuh yang dingin tentu langsung keduanya rasakan, namun mereka lebih bertanya-tanya dengan keadaan Hafiz secara lahir dan batin. Keduanya tampak tidak baik.

"Haf ... Sumpah, gue geli," ucap Zyan memecahkan keheningan.

"Are you okay, Haf?" tanya Alfa pelan.

"... Thank's, Brother's," ucap Hafiz pelan.

Alfa diam, pun dengan Zyan. Detik kemudian, Hafiz tidak berbicara apa pun lagi sebelum tubuhnya yang merangkul Zyan dan Alfa memberat.

"Al," panggil Zyan pelan.

Alfa menoleh, "Sinkop, ya ..."

Alfa dan Zyan merangkul tubuh yang kini tidak berdaya itu. Mata yang terpejam itu terlihat membendung makna tertentu yang tak dapat diartikan. Namun sekarang mereka lebih memilih untuk membaringkan Hafiz yang pingsan dan mengobati luka-lukanya.

Oman Cafe [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang