Dua Puluh Enam

1.5K 221 105
                                    

-🔓-

Common room Slytherin terlihat sangat ramai sekarang. Bagaimana tidak semua anak tahun keempat, kelima, dan keenam dikumpulkan oleh Snape di ruangan itu.

Suasana disana ramai dan tentunya berisik dengan suara-suara obrolan dari kelompok-kelompok siswa. Mereka mengobrolkan banyak hal. Ada yang mengobrolkan tentang Yuleball, tentang pelajaran, dan ada juga yang mengobrolkan tentang gossip apa saja yang beredar di Hogwarts tahun ini--seperti yang dilakukan Pansy, Daphne dan beberapa murid perempuan Slytherin lainnya--.

"Dia mendapatkannya!!" Teriakan Theo berhasil membuat semua yang ada di common room memberhentikan aktivitasnya.

"Dia sudah mendapatkannya!!! Oh, Merlin. Aku tak menyangka!!" teriak Theo sambil berjalan kearah Blaise.

"Hei, Mate. Apa yang kau bicarakan?" tanya Blaise yang penasaran.

"Draco sudah mendapatkannya" jawab Theo.

"Huh?" Blaise masih belum mengerti.

"Kau tau dia sudah me---" ucapan Theo terputus.

"Berhenti menggosip tentangku Theo, kau ingin ayahku menghajarmu?" ucap Draco yang baru saja turun dari tangga asrama laki-laki.

Tangan Draco tak pernah lepas dari tangan Chryssa, terus menggenggamnya erat seolah-olah Chryssa akan kabur jika ia melepaskan tangannya itu.

"Ah, tentu tidak" ucap Theo pelan.

"Tapi kau bebar-benar me---" ucapan Theo terputus lagi saat mendapatkan tatapan tajam dari Draco.

Draco berjalan menuntun langkah Chryssa mendekati sofa dekat perpian, beberapa murid laki-laki yang duduk disana langsung menyingkir. Chryssa mendudukkan dirinya di sofa diikuti oleh Draco.

"Mengapa kalian mengikuti gerak-gerikku? Lanjutkan obrolan kalian" ucap Draco menghentikan tatapan seisi common room kepadanya.

Common room kembali ramai dengan suara-suara onrolan para murid. Draco dan Chryssa juga mulai mengikuti topik pembicaraan yang sudah di buat oleh Blaise dan Theo. Topik tentang Quidditch yang tentunya tidak begitu dimengerti oleh Chryssa. Beberapa kali ia menanyakan hal sederhana tentang Quidditch di sela-sela obrolan. Pertanyaannya ini sedikit membuat Blaise dan Theo lelah menjawabnya.

Aktivitas mereka terhenti lagi saat mendengar bunyi pintu common room terbuka. Mereka semua langsung berlomba-lomba meninggikan badannya melihat siapa yang masuk. Setelah mengetahui siapa yang muncul dari pintu, semua murid terdiam.

Prof. Snape masuk dengan tatapan dingin dan datarnya. Semua anak yang tadi sibuk meninggikan diri agar bisa melihat siapa yang datang sekarang sudah kembali ke tempat semula. Menundukkan kepalanya agar mata mereka tidak bertemu dengan tatapan dingin Prof. Snape.

Chryssa dan Draco masih duduk santai menatap ke arah Prof. Snape.

"YULEBALL" ucap Snape dingin.

"Gaun, dansa, setelan, dan semua hal membosankan yang akan menghambat otak kalian untuk berkembang" lanjut Snape sambil memposisikan tangannya didepan dada dan berjalan mondar-mandir di depan semua murid di common room.

"Dia berlebihan" bisik Theo pada Blaise.

Blaise hanya mengangguk mengiyakan.

"Walau begitu, aku ingin kalian mempersiapkan semuanya" ucap Snape lagi.

"Tak akan ada tutorial berdansa, karena ku yakin hanya keluarga pureblood bodoh yang tidak mengajarkan cara berdansa pada keturunannya"

"Jangan melakukan hal yang aneh-aneh, aku membenci dipermalukan untuk malam Yuleball"

AmigdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang