Lima Puluh Delapan

878 146 65
                                    

-🔓-

Sudah berbulan-bulan berlalu sejak hilangnya Chryssa. Keluarga Greengrass sudah tau tentang kehilangan itu, mereka sudah ikut mencari keberadaan Chryssa. Mother dan Father Chryssa juga kembali dari perjalanan jauhnya hanya untuk membantu mencari putri sematawayang mereka.

Draco masih seperti hari dimana Chryssa menghilang. Ia diam, ia kacau, ia kehilangan arah. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya berjalan di jalan yang telah di buat oleh kedua orang tuanya--mengabdi pada pangeran kegelapan--.

Theo, Blaise, dan Pansy masih terus meluangkan waktu untuk mencari informasi tentang Chryssa. Mereka tak tahan jika terus melihat Draco tak bersemangat, melihat Draco yang semakin berantakan dengan wajah lesunya--persis seperti saat Chryssa menjauhinya di tahun keempat, tapi ini lebih parah--. Draco tak mau di ajak bicara, ia sering keluar dari asrama di saat jam malam sudah di berlakukan. Tak ada yang tahu, Draco kemana setiap malam. Mereka hanya berusaha berpikir positif, kalau Draco pergi ke suatu tempat yang bisa menenangkan perasaannya.

"Drake, kau pergi lagi?"

Tanya Pansy saat melihat Draco berjalan ke arah pintu.

"No, Tidak malam ini, Drake. Kau harus tetap disini"

Blaise segera menghalangi langkah Draco. Ia tidak akan membiarkan Draco pergi malam ini.

"Aku harus pergi"

Ucap Draco sambil menatap tajam ke arah Blaise.

"Menyingkir"

Perintah Draco sambil mengacungkan tongkatnya. Blaise hanya bisa menurut dan menggeser tubuhnya agar tidak menghalangi langkah Draco.

Draco berjalan keluar asrama. Blaise, Pansy, dan Theo hanya bisa menatapnya khawatir.

"Kau mau kemana, Tori?"

Tanya Daphne pada adiknya yang sepertinya berniat mengikuti langkah Draco.

"Mencegah terjadi hal yang tidak diinginkan"

Jawab Astoria.

Astoria berjalan keluar asrama. Ia mencari keberadaan Draco. Ia yakin, Draco sangat membutuhkan seseorang saat ini. Persetan dengan Chryssa--sepupunya. Mungkin ia sudah mati juga sekarang. Dan Astoria tidak akan membiarkan Draco larut tenggelam dalam masalah ini.

"Hai, Drake"

Sapa Astoria saat ia berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Draco.

Draco tak menjawab sapaan Astoria. Ia muak dengan gadis ini. Sudah ribuan kali ia mengatakan bahwa tak ada yang bisa menggantikan posisi Mila-nya, tapi gadis ini tetap memaksanya.

"Kau mau kemana?"

Astoria mencoba bertanya agar Draco mau berbicara dengannya.

Draco masih enggan menjawab. Ia diam. Seperti biasa. Tak menganggap keberadaan Astoria.

"Sasa tidak akan suka melihatmu begini, Drake. Kau harus memulai hidupmu kembali"

Draco menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Astoria. Ia menyeringai--yang Astoria anggap senyuman.

Draco mendorong Astoria ke dinding lorong, lalu menahan tangan Astoria dengan tangannya.

AmigdalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang