Vella memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah, ia menarik nafasnya dan membuangnya perlahan lalu menggamit tasnya keluar mobil.
Wajahnya mendadak pucat saat langkahnya terhenti karena berhadapan dengan Gema yang baru saja datang juga ke parkiran, Vella hanya menunduk dan tersenyum terpaksa menahan perih dihatinya mengingat Gema menganggapnya sebagai sebuah teman saja.
Pagi ini Vella pun nampak terlihat beda, ia terkesan lebih natural, tidak ber-makeup tebal sehingga matanya berkantung dan agak sedikit bengkak, pantas saja ia menyengajakan untuk memakai kacamata pagi ini.
Di tempat yang sama juga, Luna dan Evan baru saja keluar dari mobil, mereka menatap Gema dan Vella yang saling berhadapan tapi tidak ada sam sekali yang memulai percakapan. Mungkin masih ada rasa canggung akibat hal kemarin.
Luna juga tidak bisa membantu, ia kasihan dengan Vella menangis sampai pagi, di sisi lain Luna kesal dengan Gema, cowok itu tidak jauh brengseknya dengan cowok di luaran sana, seenaknya berbuat hal pada cewek tanpa memikirkan ke depannya.
Evan menatap malas karena salah parkir dan melihat Gema di parkiran sana. "Kenapa tuh orang di sana sih, males gue liatnya."
"Udah jangan marah terus, kita tunggu sampai dia pergi."
Mengetahuinya mereka sedang dilihati oleh Luna dan Evan, Gema terpaksa menghampiri Vella duluan.
"H-hai, Gem. M-muka lo kenapa?"
"Mata lo juga kenapa?"
"Nggak kok, gue marathon drama semaleman."
"Katanya gak suka begadang, takut mata panda."
"Dramanya bagus jadi sayang kalo gak diselesaiin nontonnya." Vella menyeka air matanya yang hendak jatuh. Berkali-kali ia menyatakan perasaan pada Gema, kenapa kemarin ia jujur kembali tentang perasaannya rasanya sangat sakit? Apa karena kehadiran Luna?
"Maaf udah buat lo nangis." Gema tersenyum tipis meraih tangan Vella.
"Ayo ke kelas!" Vella membingung dengan sikap Gema, ini pertama kalinya dia meminta maaf setelah menolaknya.
"Gema, kelas kita kan beda." Gema melepas genggamannya pada Vella.
"Kenapa, emangnya gak boleh kalo main ke kelas lo?"
"A-aneh aja," kata Vella, cowok di sampingnya hanya bungkam. "Oh ya, kata Om Andri lo susah dihubungin akhir-akhir ini, dia mau kasih tau besok sore ada job pemotretan pasangan couple majalah remaja, lo mau ambil gak?"
"Nggak tau, gue lupa belum unblock kontak Om Andri," kata Gema. Padahal Andri sendiri ada manajer yang mengurus semua model di agensi tersebut.
"Kok diblock sih, dia sampe pusing tau, cuma kamu aja model yang susah di atur."
"Gue cuma ngerasa capek aja kerja di masa SMA kaya gini, harusnya gue bisa habisin waktu main di masa SMA ini bukannya kerja dan kerja."
"Lo gak kasian sama kakak lo yang kerja jadi model juga, kadang bolak-balik luar kota juga demi lo. Mending lo balik kerumah bokap lo lagi aja."
Wajah Gema memanas mendengarnya. "Nggak, gak akan mungkin gue balik lagi ke rumah sialan itu!"
Semua orang yang berlalu lalamg menatap Gema yang berbicara dengan nada tinggi pada Vella. Cewek itu terdiam. Gema menghentikan langkahnya dan menoleh pada Vella.
"Maaf ..."
Vella menarik sedikit senyumnya. "Nggak apa-apa, gue ke kelas dulu kalo gitu, pikirin baik-baik, terima jobnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...