Ponsel Gema mendadak berdering saat cowok itu hendak menghampiri keduanya. Dia segera mengeluarkan ponselnya yang berada pada saku celana, mengangkat panggilan telepon itu.
Sister is calling...
"Iya, kak?" tanya Gema begitu panggilan diangkat Gema terkejut Vella bersama anak pembantunya sudah tidak berada di sana.
"......."
"Iya, Gema lagi di jalan pulang ini. Nanti Gema jemput."
Tut...Tut...
Setelah panggilan berakhir, Gema memutuskan untuk segera menemui kakaknya. Andai tidak ada panggilan dari kakaknya mungkin Gema sudah melihat cewek yang buatnya penasaran tadi.
"Kenapa lagi?" tanya Gema menyetandarkan motornya sampai disana.
Kakaknya itu menyengir tanpa dosa, sudah berapa kali ia merepotkan adiknya ini. "Mogok, tadi kakak udah telepon pihak bengkel suruh kesini,"
"Yaudah, kakak bareng Gema pulangnya kalo gitu." Gema menaiki motornya duluan disusul Celine naik di jok belakangnya.
Mereka membelah jalan raya yang penuh dengan mobil berklakson, jalan sangat macet karena saat ini tepat saat jam pulang kerja.
Gema tersenyum saat kakaknya memeluknya, sudah lama kakaknya itu tidak pernah memeluknya, terakhir waktu Gema kelas 9 SMP sebab orang mengira kakaknya itu memacari brondong. Maka dari itu kakaknya itu tidak pernah memeluknya lagi.
kehidupan mereka mungkin terlihat sangat manis layaknya kakak beradik, Gema sangat menyayangi Celine begitupun Celine. Mereka kini tinggal berdua, tanpa orangtua. Ibunya Gema dan Celine sudah pergi sekitar setahun yang lalu, sementara Ayahnya, kali ini ia tidak mau membahas soal itu.
"Makasih, Gem. Lain kali kakak gabakal repotin kamu lagi." Gema merasa sedih mendengar ujaran Celine saat mereka tiba di rumah.
Diatas motor Gema masih terdiam menatap kakaknya yamg masuk ke dalam rumah terlebih dulu, dia persis seperti Ibunya, cantik, banyak yang menyukainya bahkan banyak juga yang menyakitinya, Gema berjanji tidak ada yang boleh menyakiti kakaknya lagi setelah ibunya.
* * *
Malam-malam Gema pergi seorang diri, dengan pakaian serba hitam dari mulai jaket, kaos, celana, topi bahkan masker pun hitam. Dia masih penasaran dengan cewek yang ia lihat tadi sore di rumah Vella, cewek itu persis seperti seseorang yang biasa ia lihat.
Diam-diam Gema menaiki pagar rumah seseorang, kemudian berjalan mengendap-ngendap. Gema sangat ahli dalam bidang ini karena dulu ia sering pulang malam dan memanjat pagar rumahnya dulu.
Ceklek!
Dibalik tembok Gema berdecak dalam hati menanggapi kebodohannya, kenapa dirinya harus sepenasaran ini ingin mengetahui wajah cewek itu.
Yang pasti saat ini Gema tidak boleh ketahuan seseorang yang keluar dari pintu belakang rumah tersebut saat ia hendak melewati pintu itu.
Gema memunculkan wajahnya sedikit dari balik tembok, mengintip seseorang yang baru saja keluar dari pintu belakang. Dia sedang membuang sampah, kini wajahnya tidak terlalu jelas dilihat oleh Gema sebab tidak dipasangnya penerangan lampu di daerah tersebut. Makin sulit saja Gema mengetahui wajahnya.
Terlintas di kepala Gema suatu ide, apakah Gema harus menyelinap masuk karena kebetulan cewek tersebut masih sibuk membuang sampah, semoga saja idenya ini akan berhasil dilakukannya?
Krek!
Ck, sial lagi!
Sebuah ranting berhasil Gema injak sampai menghasilkan bunyi patahan, Gema kembali bersembunyi di balik tembok karena sudah pasti cewek itu akan menoleh mencari sumber bunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...