Pagi-pagi Leo sudah merengek mendapat kabar dari Dinda kalau Anya sakit. Leo panik setelah mengetahui alasan Anya sakit, penyebabnya kakinya keseleo akibat jatuh dari tangga jadi ia tidak bisa berangkat ke sekolah sekarang sampai besok, menurutnya.
"Bolos yuk! Gue mau jenguk Anya."
"Udah kelas 12, kita harusnya gak bolos kaya dulu lagi," saran Gema.
"Gue setuju sih, emak gue bisa ngamuk kaya dulu," sahut Rino.
"Tapi bentar lagi mau masuk, Luna juga daritadi gak keliatan dah, apa sama kaya Anya gak masuk sekolah?"
Gema diam-diam berpikir dengan ucapan Leo. Semalam Gema hanya mengantarkan Luna pulang, keduanya sama-sama diam di perjalanan. Canggung, itu yang mereka rasakan. Lagipula Gema bodoh sekali, menyatakan perasaan pada cewek yang sudah memiliki pacar. Sudah jelas tidak dibalas.
"Gue setuju kalo mau bolos."
"Dih anjrit! Terus aing ngikut siapa kalo sama-sama nguwu?!"
"Bahasa lo, setan!" Leo mengengus. "Lo di sini aja, kasian Dinda sendiri."
Leo melanjutkan lagi kata-katanya. "Bisa nguwu juga lo, No."
Gema menghela napas pada kedua temannya. Sebentar lagi ia mungkin gila bisa mempunyai teman seperti Rino dan Leo.
"Gue cabut duluan, lo berdua kabur lewat gudang bawain tas gue. Gue mau lewat depan."
"Gila ya lo, Gem?! Bentar lagi gerbang ditutup, lagipula banyak OSIS di luar."
"Lo gak inget Ayunda siapa di OSIS?" Leo tercengir lebar pada Gema, selain anak pemilik sekolah, Ayunda anak OSIS, lebih tepatnya ketua OSIS.
Gema langsung melangkah keluar kelas menuju parkiran, di saat itulah Gema yang hendak menaiki motornya mengurungkan diri setelah melihat Evan datang membawa motor sport. Biasanya cowok itu membawa mobil kesayangan atau mobil hasil balapan tapi kini membawa motor yang baru dilihatnya.
Bugh!
Tidak segan-segan tidak tengah keramaian parkiran dan OSIS yang berjaga di gerbang, Gema menarik Evan yang baru turun dari motor dan menonjoknya. Mengingat kejadian semalam emosi Gema makin tersulut, bisa-bisanya Evan meninggalkan Luna pacarnya sendiri yang hampir tertabrak.
"Dimana perasaan lo anjing, Luma semalem hampir ketabrak dan lo malah ninggalin dia!" Evan mengusap sudut bibirnya kasar.
"Kan ada lo." Evan menyeringai. Gema makin tidak tahan dengan sikap Evan lantas menonjoknya lagi.
Bugh!
Bugh!"Enteng banget ya mulut lo! Lo harusnya ngerti perasaan dia, dia gak masuk kelas pasti sakit gara-gara lo!"
Suasana parkiran menjadi ramai karena perkelahian Gema dan Evan, sampai anak OSIS yang berjaga menghampiri memisahkan keduanya dan ada juga yang mencari Pak Burhan untuk memberi hukuman bagi kedua orang yang berkelahi sepagi ini.
"Lepas!" Gema menepis kasar anak OSIS yang mencegahnya. OSIS yang lengah terkejut melihat tindakan Gema kini menarik seragam Evan. "Lo sebenernya cinta sama dia atau gak, sih?!"
"Gema berenti!" Luna berteriak lantang setelah membelah kerumunan. Menarik Evan pergi dari Gema yang memperlakukan pacarnya seenaknya.
Luna tidak mengerti apa isi otak Gema saat ini, Evan tidak salah apa-apa. Dia hanya kecewa tadi malam tapi Gema marah besar padanya.
"Lun..." Evan menghentikan langkahnya, sontak Luna menoleh. "Maaf soal semalem. A-aku gak tau,"
"Seharusnya aku yang minta maaf, kamu kecewa sama aku 'kan yang gak ngabarin kamu sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Teen Fiction#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...