26| Feeling

2.2K 140 4
                                    

"Awhh!"

Evan meringis pelan saat Luna mengobatinya.

"S-sorry." Luna menjauhkan kapas dari wajah Evan namun tangan Evan berusaha mencegahnya. Evan membawa tangan Luna berada di tangannya.

"Gue yang harusnya minta maaf sama lo, Gema jadi salah paham dan gak seharusnya dia ngomong gitu ke lo." Evan mengaku dalam hati ia memang jahat tapi ia tidak seburuk Gema berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain.

"Lo gak salah, Van."

"Tetep aja gue ngerasa bersalah dan si Gema juga haru minta mwaf sama lo, dia udah keterlaluan."

"Udah, gak usah. Sekarang gue obatin lo lagi ya," kata Luna dengan tersenyum paksa membantu mengobati Evan lagi.

Evan menurunkan tangan Luna, menjauhkan dari jangkauannya. "Gue udah gak papa kok, lagian yang sakit lo, harusnya gue yang obatin luka lo" akunya.

"Gue sakit?"

"Iya perasaan lo sakit, Lun."

Luna menarik senyumnya terpaksa. "Gue baik-baik aja, Van. Sekarang lebih baik kita pulang deh ya daripada ngobrol terus entar keburu malem."

"Bener?"

"Iya."

"Senyum dulu dong cantik," goda Evan.

"Apaan sih."

"Senyumnya mana kalo baik-baik aja?" Evan tidak hentinya menggoda.

"Nih." Luna menarik senyumnya dengan terpaksa walaupun suasana hatinya sedang tidak baik.

"Gitu kan cantik," puji Evan.

"Emang cantik." Luna berkata percaya diri.

"Iya cantik, yaudah sekarang kita pulang."

Evan kembali menjalankan mobilnya, mengantarkan Luna pulang. Nyatanya cewek itu nampak biasa saja setelah mendapat ucapan pahit dari Gema ya walaupun Evan tahu di dalam hati cewek itu benar-benar sakit mendapat perkataan yang pernah ia dengar dari ucapan orang yang menyakiti Ibunya.

"Lo mau mampir?" tanya Luna sesampai di rumah.

"Enggak deh." Evan terkekeh pelan. "Kapan-kapan."

"Yaudah gue keluar kalo gitu. Jangan lupa diobatin wajah lo."

"Tunggu Lun..." Luna yang baru saja membuka pintu mobil, menoleh saat dipanggil oleh Evan.

"Kenap-

Grap!

"Enggak ada yang boleh nyakitin perasaan lo termasuk Gema." Evan berkata lembut, pipi Luna memanas seketika, perlakuan Evan membuat dirinya salah tingkah sendiri.

"S-sorry...gue lancang." Evan melepas pelukannya, ia mengangguk tersenyum sebagai jawaban dan setelah itu Luna pamit pergi memasuki rumah. Evan menarik senyumnya, tanpa disengaja ia telah membuat Gema dan Luna semakin menjauh.

Secepatnya gue harus dapetin hati lo, Luna.

* * *

Masih di tempat yang sama. Langkah Luna memundur melihat sebuah motor terparkir di garasi rumah Vella. Motor itu pernah ia lihat sebelumnya. Sejenak Luna berpikir dan tak lama mata Luna melebar, ia tahu siapa pemiliknya karena Luna merasa pernah menaikinya.

Motor Gema.

Bergegas Luna pergi dan masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang.

"Non Luna..." Bi Ida--asisten rumah tangga yang berusia kepala empat ini baru bekerja beberapa hari  di rumah Vella menyambut Luna di pintu belakang. Ia bekerja biasanya dari pagi hingga menjelang maghrib, tiap hari ia bolak-balik dari rumahnya untuk bekerja dan tidak menginap di rumah tersebut.

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang