Rumah tempat latihan band atau biasa disebut basecampnya The Shiftkey yang kini menjadi tujuan Gema. Pasalnya ia tidak mungkin pulang ke rumah di jam sekolah seperti ini, bisa-bisa kakaknya--Celine bisa mengamuk jika dirinya bolos. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke basecamp dan harus mengganti pakaiannya karena masih menggunakan hoodie beserta celana training yang dipakai di sekolah kemarin.
Biasanya setelah manggung setiap malam minggu di Kafe Kenangan, Gema, Leo, dan Rino pasti menginap di rumah itu. Kebetulan di basecamp banyak baju-baju yang dipakai manggung di tiap kafe, jika ada yang mengundang, tapi jadwal manggung biasa mereka di Kafe Kenangan.
Setelah mandi dan berganti pakaian, Gema siap-siap untuk membeli sarapan sebelum Luna bangun karena sebelum ia pergi cewek itu masih terlelap tidur. Sekitar 15 menit Gema sampai di tukang penjual bubur langganan.
"Bang bubur dua makan di sini satu, di bungkus satu, jangan pake sambel," ujarnya sambil duduk di salah satu meja yang kosong.
"Tumben baru mampir ke sini lagi?" tanya tukang bubur yang sudah kenal lama dengannya.
Gema bergeming, lalu berkata, "udah jarang sarapan pagi, bang."
"Oh oke, tunggu bentar, ya!" Tukang bubur itu langsung menyiapkan semangkok bubur.
"Ini, buburnya." Tidak butuh waktu lama, Gema segera mengaduk-adukan bubur tersebut sembari tersenyum tipis. Lalu segera memakannya.
Gema teringat pasal semalam, obrolannya dengan Luna yang terhenti karena suster datang membawa makan malam untuk Luna. Saat suster telah pergi, cewek itu langsung berkata jika ia benci dengan makanan rumah sakit. Saat memakan bubur ekspresi cewek itu seperti ingin muntah. Katanya tidak ada rasa, hambar. Maka dari itu Gema membelikan bubur di jalan sebelum kembali ke rumah sakit.
"Jadi berapa, bang?" Gema yang sudah selesai makan mengeluarkan uang dua puluhan.
"Dua puluh, ini bubur yang dibungkusnya." Gema membayar sekaligus menerima bubur yang dipesannya tadi.
"Makasih, bang." Gema kembali menaiki motornya.
"Sering-sering mampir ke sini!" sahut tukang bubur.
Sampai di rumah sakit, Gema menyusuri lorong, semoga saja cewek itu belum bangun dan makan sarapan pagi yang diberikan rumah sakit agar bisa makan bubur langganan yang dibelinya.
Pelan-pelan Gema membuka pintu ruang rawat. Wajahnya yang semringah mendadak datar melihat Luna tidak ada di ruangannya. Gema menyimpan bubur yang dibelinya di atas brankar.
"Luna?"
"Luna, lo di toilet?" Gema mencari Luna ke arah toilet. Mungkin Luna ada di dalamnya. Ditunggu tidak mendapat sahutan, cowok itu lantas membuka pintu toilet. Hasilnya pun nihil, cewek itu tetap tidak ada.
Raut wajah Gema menjadi gusar, ia keluar menyusuri tiap lorong rumah sakit dan berhenti untuk bertanya pada salah satu suster.
"Sus, liat cewek cantik tingginya sedagu saya gak? Yang di rawat di ruang lily 1."
Suster itu menggeleng. "Gak liat, mas."
"Makasih, sus." Gema menghela napas, kemudian ia merogoh saku celananya mencari nomor Luna karena itu merupakan cara satu-satunya agar mengetahui keberadaan cewek itu.
Walaupun telepon terhubung, sialnya bukan Luna yang menjawab teleponnya tapi operator. Gema berdecak kesal, berkali-kali menelpon Luna tetap saja cewek itu tidak mengangkatnya.
Ting!
Ting!Gema mengerutkan dahi, ada notif pesan masuk yang mengalihkan perhatiannya, yaitu pesan dari Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA ALASKAR (COMPLETED)
Fiksi Remaja#1 in teenfiction (09/03/2022) #1 in badboy (09/03/2022) #1 in troublemaker (18/08/2022) #29 in fiksiremaja (28/03/2021) (Jangan lupa follow Author) Masalah bermula dari pertemuan tidak sengaja Gema Alaskar dan Luna Arnetta di sebuah kafe di pusat K...