68| Nyesek

1.8K 112 1
                                    

Luna dan Gema pulang di antar oleh Leo. Mereka bertiga berjalan beriringan lagu keluar rumah sakit. Rino dan Dinda sebelumnya sudah pergi duluan karena mereka harus menyerahkan bukti lagi ke kantor polisi. Gema berharap masalah ini bisa cepat selesai agar Gema dan teman-teman lainnya bisa fokus kembali karena sebentar lagi tanggal pengumuman masuk perguruan tinggi mereka, mungkin jika diterima masuk perguruan tinggi, jika tidak mungkin salah satu dari mereka harus mencoba tes mandiri.

"Yo, kayanya gue balik naik taksi aja." Gema dan Leo terheran.

Leo bertanya, "kenapa?"

"Gue ada urusan bentar."

"Lo nggak apa-apa sendiri?" tanya Gema sekarang.

Luna hanya mengangguk. "Gue duluan kalo gitu."

Gema hanya menatap kepergian Luna memasuki taksi yang diberhentikannya di depan rumah sakit. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba sikapnya seperti itu padahal tadi cewek itu masih merespon godaannya.

"Le, Luna kenapa?" Gema menoleh bertanya pada Leo, namun cowok itu malah mengedikkan bahunya, tidak tahu.

Di taksi, Luna menatap keluar kaca mobil. Menatap langit mendung yang sama seperti dirinya, langit yang menjatuhkan air hujan sementara Luna yang menjatuhkan air mata.

Lagi-lagi menangisi orang yang tidak tahu sayang dengan dirinya atau tidak, menangisi pacar orang lain ralat karena yang lebih jelasnya sekarang pacar kakaknya sendiri.

Sebelum pulang tadi Luna menatap ruang UGD, Vella sedang melakukan transfusi darah dengan infusan. Wajahnya sangat tenang saat terpejam, membuat Luna dihantui rasa bersalah, mengorbankan Vella ke dalam situasi yang salah, Vella seharusnya sudah menentukan tanggal untuk tunangan dengan Gema namun rencananya gagal karena ia masih terbaring hingga sekarang. Luna juga melihat wajah Vella begitu memeluknya tadi, ia tertekan dengan keadaan. Kesedihannya begitu banyak dan lebih menderita darinya. Luna sendiri sampai tersadar, bahwa kebahagiaan satu-satunya yang diharapkan Vella adalah Gema.

Selain Vella, Luna sendiri merasakan, entah kenapa setiap dekat dengan Gema hati Luna merasa hangat, merasa aman, merasa dijaga. Namun saat itu juga pikiran Luna pasti akan panik kemana-mana, seperti tadi, Gema yang menggodanya Luna mendadak gugup, takut menjatuhkan perasaannya pada Gema lebih dalam lagi.

Dulu, Luna pernah berpikir untuk bersaing dengan Vella mendapatkan Gema namun setelah mengetahui mereka akan melanjutkan hubungan ke jenjang serius, Luna seakan mundur, mendengar Gema mengkhawatirkan Vella yang hilang, Luna semakin mundur dan sekarang mengetahui Vella adalah kakaknya sepertinya tidak ada harapan lagi, Luna tidak mau merusak kebahagiaan Vella, ia sudah menolongnya, Luna juga tidak mau bersaing dengan kakaknya. Jika itu yang terbaik.

Hujan, Luna harus bagaimana? Tetap bertahan di sini walau sakit atau pergi menghilang dari kehidupannya?

* * *

Awan mendung sedang menutupi langit Bandung sore ini. Saat di rumah sakit tadi setelah beberapa saat Luna pergi hujan pun mengguyur daerah tersebut. Gema dan Leo sampai terburu-buru memasuki mobil.

Suasana hening selain suara hujan yang turun deras. Leo fokus menyetir, sedangkan Gema kepikiran dengan Luna.

"Mobil lo yang ilang udah ketemu sama gue." Gema menoleh ketika Leo bersuara mencairkan suasana.

"Ketemu dimana?"

"Tempat pembuangan mobil, hampir aja mobil lo ancur kalo gue telat dateng." Gema tidak habis pikir, benar-benar gila orang yang membobol mobilnya.

GEMA ALASKAR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang